Warta

Pola Hidup Zuhud Dukung Perkembangan Ekonomi

Senin, 26 September 2005 | 14:53 WIB

Jakarta, NU Online
Kesuksesan ekonomi Barat salah satu faktornya adalah banyak para pengusahanya yang menerapkan pola hidup sederhana atau zuhud walaupun mereka telah sukses secara materi. Uang keuntungan yang mereka peroleh diinvestasikan kembali sehingga modal mereka semakin besar seperti yang dilakukan oleh Rockefeller, Hilton, Ford dan lainnya.

Pola-pola tersebut haruslah dicontoh oleh umat Islam dalam menjalankan usahanya jika ingin terus berkembang. Umat Islam harus memikirkan kepentingan jangka panjang daripada menikmati keuntungan jangka pendek dengan mengkonsumsi keuntungan yang mereka peroleh.

<>

Inilah fikiran yang dikemukakan oleh Hanif Syaghfur, MA, dosen pasca sarjana UI yang merupakan alumni ponpes Sidogiri dalam acara seminar Peranan Santri dalam Kebangkitan Ekonomi Syariah dan Pemberdayaan Ekonomi Ummat yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Pesantren Sidogiri di Jakarta. Acara tersebut diselenggarakan di Gd PBNU dengan dihadiri oleh sekitar 100 orang santri yang sebagian sudah menjadi pengusaha sukses.

Pesantren Sidogiri merupakan pesantren salaf yang terletak di Pasuruan. Salah satu keberhasilan yang diraihnya adalah kesuksesan pengembangan koperasi pesantren yang saat ini telah memiliki omset milyaran rupiah per bulan. Puluhan ribu alumninya sekarang ini telah banyak yang sukses dan bertebaran di seluruh dunia.

Sementara itu Abdul Adzim, alumni Sidogiri yang saat ini menjadi pejabat di Depag menjelaskan tentang manfaat zakat sebagai sumber pengembangan ekonomi. Dana dari zakat jika dikelola dengan baik akan turut memberi sumbangan bagi kesejahtaraan masyarakat. Ia juga menyinggung masalah perkembangan Bank Syariah di Indonesia yang dengan didirikannya Bank Muamalat Indonesia sebagai pelopornya.

Etos kerja yang berintikan pada SDM juga merupakan salah satu elemen penting dalam perkembangan syariah. Pendapat ini dikemukakan oleh Dr. H. Muhammad Lutfi Zuhdi, ahli ekonomi syariah dari Universitas Indonesia.

Ia mengungkapkan bahwa masa kemakmuran terbesar dalam sejarah Islam dicapai dalam masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Walaupun umur pemerintahannya hanya 2.5 tahun, tetapi saat itu, pemimpin dan masyarakat memiliki etos kerja yang tinggi sehingga bisa meraih kesuksesan.

Contoh lain yang diungkapkannya adalah keberhasilan dari Nabi Sulaiman. Kesuksesan tersebut tidak dicapai dengan mukjizat saja, tetapi para jin dan manusia bekerja keras sampai-sampai mereka baru tahu Nabi Sulaiman telah meninggal setelah tongkatnya dimakan rayap. Dalam al Qur’an diceritakan bagaimana selanjutnya para jin berkata pada kawannya mengapa harus bekerja keras kalau Sulaiman sudah meninggal.(mkf)