Warta

Depag Akan Nilai Jurusan Syariah

Kamis, 15 September 2005 | 03:15 WIB

Jakarta, NU Online
Departemen agama berencana melakukan penilaian terhadap perguruan tinggi (PT) yang menggelar jurusan syariah dan program studi agama yang berada di bawahnya. Standar lulusan syariah adalah menguasai bahasa Arab, Inggris dan mampu membaca kitab berbahasa Arab serta ilmu komputer.

Hal itu ditegaskan Direktur Perguruan Tinggi Islam, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama (Depag), Arief Furqon. Dia berpendapat lulusan ekonomi syariah tak boleh kalah dengan lulusan ekonomi konvensional. Penguasaaan bahasa Arab merupakan kuncinya.

<>

''Dari yang sudah ada secara umum kemampuan bahasa Arab tidak bagus, Itu jadi keprihatinan saya,'' kata Arif di Jakarta, Selasa(13/9). Bahkan dia menyatakan ada doktor ilmu syariah yang belum menguasai bahasa Arab.

Padahal di Amerika, lanjut Arif, untuk mengikuti program master ilmu Islam, mahasiswa diharuskan bisa membaca dan memahami kitab dalam bahasa Arab.

Depag akan mengambil sampel beberapa mahasiswa yang satu program studi yang menonjol, misal indeks prestasi di atas 3,5, untuk mengikuti tes komprehensif. Bahan tes terdiri kemampuan membaca kitab, bahasa inggris, dan mata kuliah. Khusus untuk program studi ekonomi syariah, Depag akan menggandeng tokoh ekonomi syariah untuk ikut membuat soal tes ini.

''Kita akan mulai pada 2006,'' kata Arif. Untuk saat ini Depag baru dalam tahap percobaan penilaian skripsi mahasiswa. Nantinya, kata Arif hasil penilaian ini akan diumumkan kepada masyarakat agar mereka tahu PT mana yang memang berkualitas.

Arif menambahkan, untuk kurikulum ekonomi syariah, Depag menyerahkan sepenuhnya kepada masing-masing perguruan tinggi untuk mengembangkannya. ''Keseragaman kurikulum tidak ada. Hanya janji kualitas lulusan yang harus dipegang. Kita sudah keluarkan kompetensi minimal,'' tuturnya.

Sejak izin dibuka pada tahun 2002, sudah ada 14 PT baik negeri (PTN) maupun swasta (PTS) yang membuka jurusan ekonomi syariah. Diantaranya 6 PTN yang terdiri dari IAIN WaliSongo Semarang, UIN Malang, STAIN Surakarta, IAIN Mataram, IAIN Imam Bonjol di Padang, dan IAIN Sumatera Utara di Medan. Arif mengatakan bahwa kualitas jurusan ekonomi syariah di PTS rata-rata lebih baik daripada di PTN. ''Di PTS banyak tokoh ekonomi syariah yang menjadi penggeraknya. Mereka sangat bersungguh-sungguh,'' tuturnya.

Sementara itu, Ketua Program Pascasarjana Program Studi Timur Tengah dan Islam UI, Mustafa Edwin Nasution, mengatakan kemampuan bahasa Arab memang bentuk yang ideal bagi lulusan ekonomi syariah. Namun kondisi di lapangan agak sulit. ''Untuk tahap awal oke-oke saja tanpa bahasa Arab. Kita sadar tak mudah menguasai bahasa Arab, apalagi untuk yang sudah tua-tua,'' kata Nasution.

Lagipula saat ini sudah banyak referensi ekonomi syariah yang berbahasa Inggris. Bahkan di lembaga riset dan publikasi Islamic Development Bank (IDB), lanjut Nasution, dia menemukan banyak referensi dalam bahasa Inggris. Sedangkan usaha penerjemahan buku referensi ke dalam bahasa Arab juga sudah mulai dilakukan. Namun masih dibatasi pertimbangan market. ''Memang sedikit komersial untuk menutupi biaya cetak,'' kata Nasution. Sedangkan penerjemahan buku oleh perguruan tinggi menurut Edwin belum ada.

Edwin berharap pemerintah mau membantu usaha penerjemahan referensi ekonomi syariah dari bahasa Arab. Seperti yang dilakukan pemerintah Jepang dulu dengan menerjemahkan buku dari teks Inggris ke bahasa Jepang untuk transformasi ilmu. ''Mereka maju dengan tak harus tahu bahasa Inggris,'' tambahnya.

Ketua STEI Tazkia, M Syafii Antonio, mengakui mendidik mahasiswa memahami bahasa Arab memang bagian yang paling sulit.(rpk/Die)