Nasional

Gus Dur dan Jejak Kunjungan Paus di Indonesia

Selasa, 3 September 2024 | 15:30 WIB

Gus Dur dan Jejak Kunjungan Paus di Indonesia

Kunjungan Presiden Ke-4 RI Gus Dur dan Ibu Negara Sinta Nuriyah ke Vatikan, pada 5 April 2000. (Foto: dok. NU Online)

Jakarta, NU Online

Pemimpin Katolik Dunia Paus Fransiskus tiba di Indonesia pada Selasa (3/9/2024). Kunjungan ini akan mencakup berbagai pertemuan penting hingga misa akbar.


Fransiskus menjadi Paus ketiga yang mengunjungi Indonesia, setelah Paulus VI pada 1970 dan Yohanes Paulus II pada 1989.


Hubungan resmi Indonesia dan Vatikan sudah terjalin sebelum Indonesia merdeka. Di antara negara-negara Eropa; Takhta Suci, Vatikan merupakan negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia.


Vatikan juga merupakan salah satu negara yang pernah dikunjungi Presiden Ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam perjalanan ke beberapa negara.


Pada 5 April 2000, Presiden Gus Dur bersama Ibu Negara Sinta Nuriyah mengunjungi Yohanes Paulus II di Vatikan. Kunjungan Gus Dur mendapat sambutan hangat.


Kunjungan Gus Dur itu mengakhiri “kebekuan” tradisi kunjungan Presiden Indonesia ke Vatikan yang sempat kosong selama 28 tahun setelah kunjungan terakhir Soeharto pada 1972.


Selain sebagai Presiden, kunjungan Gus Dur juga dipandang sebagai tokoh Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia yang secara simbolik sebagai upaya mewujudkan perdamaian dunia, terutama hubungan harmonis antarumat beragama.


Dalam buku Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid karya Greg Barton, dijelaskan bahwa selama kunjungan tersebut, Gus Dur dan Yohanes Paulus II membahas berbagai isu, termasuk kerukunan antarumat beragama dan pentingnya toleransi dalam masyarakat yang multikultural.


Kunjungan Gus Dur kemudian dilanjutkan perwakilan PBNU dan GP Ansor bersama sejumlah tokoh bertemu dengan Fransiskus di Vatikan pada 2019 silam.


Kedekatan Gus Dur dengan Pemimpin Katolik

Kedekatan Gus Dur dengan Paulus Yohanes II pernah digambarkan melalui surat Gus Dur yang disiarkan beberapa media pada 2005. Surat berjudul In Memoriam Sri Paus Yohanes Paulus II yang ditulis Gus Dur untuk memperingati wafatnya Paus Vatikan itu.


Gus Dur menulis ungkapan bela sungkawa atas wafatnya Yohanes Paulus II, yang merepresentasikan kedekatan dan wawasan mendalamnya dalam dialog antar agama.


"Di tengah-tengah berbagai bencana alam, seperti gempa bumi di Pulau Nias dan Pulau Simeuleu, sikap Paus Yohanes Paulus II itu menunjukkan sesuatu yang sangat menyegarkan dalam hubungan antar manusia," demikian tulis Gus Dur.


Gus Dur menambahkan, betapa Yohanes orang yang sangat pemaaf, bahkan kepada seorang yang berniat menembak mati dirinya.


"Perlu diingat akan sikap Paus Yohanes Paulus II yang memberikan maaf kepada Mehmet Ali Agca seorang berkebangsaan Turki yang menembaknya, disamping sikap-sikapnya yang menentang perang, menunjukkan kepribadian Beliau yang sangat menarik," kata Gus Dur.


Sambutan hangat PBNU

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyampaikan sambutan hangat atas kunjungan Paus Fransiskus.


"Atas nama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, atas nama Jam'iyah Nahdlatul Ulama, atas nama segenap warga Nahdlatul Ulama, saya mengucapkan selamat datang atas kunjungan Yang Mulia Paus Fransiskus ke Indonesia ini," ujar Gus Yahya, Rabu (28/8/2024).


“Selamat datang dan selamat menikmati negeri persatuan dan kesatuan, negeri toleransi dan persaudaraan, bangsa Bhinneka Tunggal Ika,” lanjutnya.