Jateng

KH Ubaidullah Shodaqoh Jelaskan Hakikat Ulama sebagai Pewaris Nabi

Senin, 26 Agustus 2024 | 09:00 WIB

KH Ubaidullah Shodaqoh Jelaskan Hakikat Ulama sebagai Pewaris Nabi

KH Ubaidullah Shodaqoh, menyampaikan Khutbah Iftitah dalam acara Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) ke-1 di Kampus II Universitas Wahid Hasyim Semarang, Sabtu (24/08/2024). (Foto: dok. NU Online Jateng)

Semarang, NU Online

Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, KH Ubaidullah Shodaqoh, menyampaikan Khutbah Iftitah dalam acara Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) ke-1 di Kampus II Universitas Wahid Hasyim Semarang, Sabtu (24/08/2024).


Dalam kesempatan tersebut, Kiai yang akrab disapa Mbah Ubed ini menguraikan makna hakikat "ulama warasatul anbiya" atau ulama sebagai pewaris para nabi. Ia mengutip pendapat Imam Ali RA bahwa ulama bukan hanya mereka yang fokus pada urusan keagamaan semata, melainkan juga harus memiliki kepekaan dan tanggung jawab terhadap segala aspek kehidupan.


"Bapak-bapak pengurus PC (Pengurus Cabang) dan lembaga yang hadir, bahwa kita ini telah ditempatkan di maqam yang mulia oleh Allah, di mana al-ulama warasatul anbiya. Dalam sebuah kitabnya, Imam Ali Radhiyallahu Anhu menjelaskan bahwa ulama bukan hanya yang memberikan penyuluhan tentang agama, tetapi juga bertanggung jawab atas segala aspek kehidupan umat," ungkap Kiai Ubaid dikutip dari NU Online Jateng.


Oleh karena itu, Kiai Ubaid menegaskan bahwa tanggung jawab ulama tidak terbatas pada ranah agama saja, tetapi juga mencakup seluruh aspek kehidupan. Menurutnya, ulama menempati posisi sebagai pewaris nabi, yang berarti mewarisi risalah kenabian. Sebagaimana Nabi Muhammad saw yang dalam kehidupannya tidak hanya mengurusi masalah keagamaan, tetapi juga masa depan umatnya. 


Namun, Kiai Ubaid menekankan bahwa hal ini tidak berarti kita harus menjadi pribadi seistimewa Nabi Muhammad saw, melainkan cukup dengan mengikuti apa yang telah beliau lakukan.


"Kita sebagai pewaris nabi didudukkan pada maqam (derajat) risalah yang sangat mulia. Jangan sampai kita mengkhianati maqam tersebut. Jangan sampai kita mengabaikan tugas-tugas yang ada pada maqam tersebut. Insyaallah, jika ikhlas lillahi ta'ala, kita bisa berkhidmat dengan sebaik-baiknya di jam'iyah Nahdlatul Ulama, otomatis Allah SWT akan mengangkat derajat kita di sisi-Nya," imbuh Kiai asal Bugen itu.


Kiai Ubaid juga mengingatkan para ulama, khususnya yang tergabung dalam Nahdlatul Ulama, untuk merenungkan kembali tugas dan tanggung jawab mereka sebagai pewaris nabi. Selain itu, beliau memotivasi para pengurus lembaga yang baru saja dilantik untuk terus semangat berkhidmat di PWNU, karena dengan berkhidmat mereka sedang melaksanakan tugasnya sebagai ulama, dan Allah SWT akan mengangkat derajatnya.


Selain membahas tugas dan tanggung jawab ulama sebagai pewaris nabi, Kiai Ubaid juga menekankan pentingnya penerapan akhlak pesantren di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi di lingkungan Nahdlatul Ulama. Menurutnya, tantangan terbesar di masa depan adalah pengelolaan teknologi yang tidak bisa dikontrol tanpa akhlak kepesantrenan.


"Tantangan terbesar di masa depan adalah hasil karya manusia sendiri, yaitu teknologi yang tidak bisa diimbangi dengan akhlak. Ini tantangan besar," jelas Mbah Ubaid.


"Oleh karena itu, perguruan tinggi dan sekolah-sekolah di lingkup Nahdlatul Ulama harus menekankan akhlak-akhlak pondok pesantren dan kultur kekiaian yang ada," pungkasnya.