Internasional

Nuansa Ramadhan di Korea Selatan

Sen, 27 Juni 2016 | 16:02 WIB

Korea Selatan, NU Online
Gema Ramadhan tidak hanya terasa di Indonesia melainkan juga di Korea Selatan. Beberapa mushola dan masjid di seluruh Korea Selatan berlomba untuk menggelar pengajian dan juga buka bersama. Tidak sedikit diantaranya yang mendatangkan pemateri atau para ustadz dari Indonesia untuk menyampaikan kajian-kajian keagamaan serta menjadi imam shalat tarawih.
Beda Indonesia beda pula Korea Selatan. Jika di Indonesia sangat mudah ditemukan masjid dan mushola permanen, maka di Korea Selatan hanya ada sekitar delapan masjid yang sudah permanen. Selebihnya bangunan non-permanen yang sengaja dikontrak oleh WNI Muslim untuk dijadikan sebagai mushola maupun masjid.

Kaum Muslimin dari berbagai negara terlihat sangat kompak dalam ukhuwah islamiyah. Hampir di seluruh masjid dan mushola yang tersebar di seluruh Korea Selatan bisa dikatakan penuh, terlebih yang letaknya di komplek perindustrian. Hanya saja sebagian besar didominasi oleh jama'ah lelaki karena mayoritas pendatang adalah lelaki. Hal ini tidak lain karena para pendatang tersebut adalah pekerja yang menyebar di berbagai sektor perindustrian.

Meriahnya Ramadhan juga dirasakan oleh warga Nahdliyin Korea Selatan yang tergabung dalam PCINU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama) Korea Selatan. Pada Ramadhan kali ini PCINU Korsel mendatangkan empat ustadz dari Indonesia yang sengaja diundang untuk menjadi imam tarawih dan menyampaikan materi Islam ahlus sunnah wa al jama'ah.

"Alhamdulillah tahun ini ada empat ustadz dari Indonesia yang berkenan untuk mengisi Ramadhan di Korea, kami dari PCINU Korsel berharap semoga kaum muslimin di Korsel bisa beristifadah mengisi Ramadhannya dengan penuh ketaqwaan dan juga bisa menimba ilmu agama yang santun dan rahmatan lil alamin ala Islam Nusantara, Islam yang ramah bukan Islam yang suka marah," terang Ketua Tanfidz PCINU Korsel, Zaenal Abidin atau yang akrab disapa Kang Zaen.

Perjaka kelahiran Jawa Timur ini menuturkan bahwa kebutuhan akan pemateri keagamaan sangatlah primer bagi kaum muslimin di Korsel khususnya warga Nahdliyin. Mengingat betapa bebasnya kehidupan di Korsel dan juga minimnya pemeluk agama Islam. (Red-Zunus)