Internasional

PCINU Mesir Luncurkan Aswaja Center untuk Bentengi Aqidah Nahdliyin dan Jawab Problematika Umat

Kam, 4 Juli 2024 | 22:00 WIB

PCINU Mesir Luncurkan Aswaja Center untuk Bentengi Aqidah Nahdliyin dan Jawab Problematika Umat

Sesi penabuhan rebana sebagai simbolis dari peluncuran Aswaja Center, lembaga di bawah naungan PCINU Mesir. Acara berlangsung di Markaz Syekh Zayed, Hay Sadis, Kota Nasr, pada Senin (1/7/2024). (Foto: dok. PCINU Mesir)

Mesir, NU Online

Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Mesir meluncurkan Aswaja Center, di Markaz Syekh Zayed, Hay Sadis, Kota Nasr, pada Senin (1/7/2024).


Peluncuran Aswaja Center dipimpin oleh Rais Syuriyah PCINU Mesir KH Mukhlason Jalaluddin dengan penabuhan rebana bersama Mustasyar Grand Syekh Al-Azhar Prof Muhammad Abdus Shomad Muhanna, Dekan Kuliah Ushuluddin Universitas Al-Azhar 2017-2021 Prof Muhammad Abdul Fattah al-‘Awariy, dan Ketua PCINU KH Faiz Husaini.


Ketua Aswaja Center Muhammad Nur Iman Mundzir menyampaikan bahwa lembaga ini digagas bertujuan untuk aktualisasi pemahaman tentang nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah.


Ia juga menyatakan bahwa Aswaja Center Mesir diluncurkan sebagai upaya meningkatkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai ke-Aswaja-an dalam kehidupan sehari-hari.


"Aswaja Center bertujuan untuk membentengi warga Nahdliyin Mesir dari paham-paham yang tidak sesuai dengan spirit Aswaja," kata Nur Iman melalui keterangan tertulis yang diterima NU Online, Kamis (4/7/2024).


"Materi-materi penting sebagai modul kajian Aswaja Center adalah aqidah, syariah-logika hukum, tasawuf dan materi keindonesiaan," tambahnya.


Senada, Ketua PCINU Mesir KH Faiz Husaini menyampaikan bahwa lembaga Aswaja Center diinisiasi untuk menjawab problematika umat Islam kontemporer yang semakin kompleks. Ia berharap, Aswaja Center Mesir dapat memberi dampak positif dalam kehidupan sosial beragama.


"(Aswaja Center) diharapkan dapat menjadi lembaga yang dapat mempresentasikan manhaj Al-Azhar yang berakidah, menjalankan syariah Islam, dan bertasawuf yang sesuai dengan jalan para ulama yang muktabar," jelas Kiai Faiz.


Seminar ilmiah

Pada acara peluncuran Aswaja Center itu, dilangsungkan pula acara seminar ilmiah bertema Kontribusi Diskursus Teologi dan Teosofi terhadap Koeksistensi Sosial. Seminar dimoderatori oleh Moh Farisandi.


Dekan Kuliah Ushuluddin Universitas Al-Azhar 2017-2021 Prof Muhammad Abdul Fattah al-‘Awariy menjadi pembicara pertama dengan membahas ilmu aqidah.


Ia menyampaikan bahwa ilmu kalam atau ilmu akidah adalah fondasi pokok ajaran agama Islam yang di atasnya berdiri cabang-cabang keilmuan lain. Aqidah Islam berupa tauhid sejatinya adalah fitrah dari Allah yang dititipkan di dalam jiwa manusia.


"Ilmu kalam bukan ilmu yang hanya berisi perdebatan berkepanjangan, melainkan ilmu yang di dalamnya banyak perkataan ulama dalam menjawab persoalan aqidah Islam, serta membela keyakinan ajaran Islam dari segala bentuk syubhat dengan argumentasi berdasarkan nash agama dan logika," katanya.


Prof Abdul Fattah al-‘Awariy juga menekankan pentingnya menjalankan aqidah karena hakikat manusia sebagai khalifah di bumi. Dengan akidah, manusia akan mengetahui Dzat yang menciptakan alam semesta raya.


"(Dengan aqidah) manusia akan dapat merasakan kasih sayang Tuhan atas limpahan nikmat berupa semesta raya dan seisinya yang dipersembahkan untuk manusia, sehingga manusia wajib mengelola semesta sesuai ajaran Tuhan," jelasnya.


Sementara itu, Mustasyar Grand Syekh Al-Azhar Prof Muhammad Abdus Shomad Muhanna yang menjadi pembicara kedua mengapresiasi keberadaan Aswaja Center yang baru diluncurkan PCINU Mesir.


Ia menyampaikan bahwa Aswaja Center sangatlah penting dibentuk karena laju perkembangan pemikiran dunia kontemporer yang sangat beragam sehingga berpotensi merongrong dan meragukan prinsip-prinsip statis (tsawabit) agama Islam.


Kemudian, ia menyampaikan tentang tasawuf yang disebutnya sebagai ilmu untuk mengelola kesucian hati manusia menuju ridha Allah dengan berpegang teguh pada ajaran syariat dan akidah. Manusia juga harus berusaha menerapkan ihsan yaitu merasakan kehadiran Tuhan dalam segala tingkah lakunya.


"Dengan demikian, manusia akan terjauh dari bentuk dosa dan murka Allah. Poin penting yang beliau sampaikan adalah memurnikan penghambaan hanya berorientasi menggapai ridha Allah," pungkasnya.