Internasional

Israel Batasi Shalat di Masjid Al-Aqsa, Jamaah Kosong Melompong

Ahad, 19 November 2023 | 06:30 WIB

Israel Batasi Shalat di Masjid Al-Aqsa, Jamaah Kosong Melompong

Pasukan Israel menangkap seorang pria saat mereka melakukan tindakan pengamanan ketika warga Palestina ingin melaksanakan salat Jumat di Masjid Al-Aqsa setelah pihak berwenang Israel melarang warga Palestina memasuki Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur pada 17 November 2023. (Foto: Anadolu Ajansi/Mostafa Alkharouf)

Yerusalem, NU Online

Pemandangan jemaah yang dilarang oleh pasukan Israel untuk beribadah di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem, telah menjadi hal yang biasa sejak 7 Oktober 2023 lalu.


Tempat suci umat Islam di Palestina ini biasanya menarik puluhan ribu umat untuk beribadah setiap hari Jumat. Tetapi pembatasan yang tampaknya sewenang-wenang terhadap siapa saja yang boleh masuk ke dalam kompleks tersebut membuat protes sering terjadi di sana, karena jemaah ditolak masuk. Demikian dilaporkan Middle East Eye, pada Jumat (17/11/2023).


Selama beberapa minggu terakhir, pasukan Israel telah menembakkan gas air mata kepada warga Palestina yang mencoba untuk beribadah di jalan-jalan di sekitar Masjid Al-Aqsa dan menyerang beberapa wartawan yang sedang meliput peristiwa tersebut.


"Mereka tidak mengizinkan kami masuk, menindas kami, dan memukul kami," kata Mohammad Salaymeh, seorang pria berusia 18 tahun yang tidak dapat beribadah di Al-Aqsa sejak awal perang.


Jihad Taha, 47 tahun, yang juga dilarang masuk pada hari Jumat, mengatakan bahwa pembatasan tersebut merupakan bagian dari kampanye yang lebih luas terhadap penduduk Palestina di Yerusalem.

 

"Tujuannya adalah untuk memberikan tekanan kepada penduduk Kota Tua secara umum, dan penduduk Yerusalem secara umum," katanya.


Meskipun para pria muda lebih mungkin dihentikan daripada yang lain, mereka bukan satu-satunya target. Bassima Zaidan, misalnya, seorang wanita berusia 57 tahun yang berjalan dari daerah Ras al-Amud di Yerusalem untuk mencapai masjid, mengatakan bahwa ia dipulangkan oleh petugas polisi setelah menunggu selama 30 menit. Dia mengatakan bahwa petugas polisi menyuruhnya: "Kembalilah, kembalilah ke Ras al-Amud."


Shalat, yang biasanya dihadiri oleh rata-rata 50.000 jemaah di dalam dan sekitar masjid, hanya dihadiri sekitar 4.000 orang minggu ini.


"Ada pembatasan yang sangat ketat untuk mencegah jamaah masuk," kata Mustafa Abu Sway, anggota Dewan Wakaf Islam di Yerusalem, kepada Middle East Eye. "Mereka tidak mengizinkan anak muda masuk, misalnya, bersama dengan orang yang berusia 80 tahun. Namun hal ini sangat tergantung pada masing-masing petugas polisi yang memiliki otoritas," imbuhnya.


Wakaf Islam (The Islamic Waqf) adalah organisasi yang ditunjuk Yordania untuk bertanggung jawab atas kontrol dan pengelolaan situs-situs Islam di kompleks religius Al-Aqsa. Mereka telah sering menyuarakan protes terhadap tekanan Israel yang semakin meningkat terhadap masjid dan daerah sekitarnya.


Banyak umat Islam khawatir bahwa Israel akan menggunakan kekacauan perang yang sedang berlangsung untuk menerapkan perubahan abadi terhadap siapa yang mengendalikan situs suci, yang oleh orang Yahudi disebut sebagai Temple Mount.


Abu Sway khawatir situasi ini dapat dieksploitasi untuk menerapkan pembatasan jangka panjang di kompleks tersebut, dan menambahkan bahwa organisasinya tidak akan pernah menerima keadaan seperti itu.


Pembatasan terhadap ibadah umat Muslim di Kota Tua ini bertepatan dengan meningkatnya tekanan terhadap Kawasan Armenia di Yerusalem. Di sana, komunitas Kristen Armenia mengaku menghadapi "ancaman eksistensial" menyusul kesepakatan rahasia yang tidak jelas yang dapat membuat sekitar 25 persen dari kawasan tersebut dijual kepada komunitas pemukim Israel.


Sejak dimulainya perang di Gaza saat ini, Israel telah melakukan pembatasan yang ketat terhadap para jemaah yang ingin mencapai kompleks Al-Aqsa, mendirikan banyak pos pemeriksaan dan tidak mengizinkan mereka yang tidak tinggal di Yerusalem untuk masuk.


Peningkatan kekerasan juga terlihat di Tepi Barat, dengan serangan pemukim dan tentara Israel yang menewaskan lebih dari 170 orang Palestina, dan di Yerusalem Timur di mana pasukan polisi memperketat pembatasan pergerakan orang.


Konflik terakhir dimulai ketika serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel menewaskan sekitar 1.200 warga Israel. Israel kemudian membombardir Gaza dan melancarkan invasi darat, menewaskan lebih dari 11.000 warga Palestina, termasuk sedikitnya 4.500 anak-anak.


Meskipun ada peningkatan pembatasan di Al-Aqsa, banyak warga Palestina, seperti Zaidan, mengatakan mereka akan terus berusaha untuk mengakses situs keagamaan mereka. Bagi mereka, situs tersebut merupakan simbol perjuangan mereka melawan pendudukan Israel, dan juga situs spiritual yang dihormati.  "Jiwa saya untuk Al-Aqsa, darah saya untuk Al-Aqsa," kata Zaidan.


Anadolu Agency juga melaporkan, selama enam minggu berturut-turut, pihak berwenang Israel memberlakukan pembatasan ketat terhadap warga Palestina, melarang mereka memasuki Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki untuk shalat Jumat, membuat masjid tersebut kosong melompong.


Saksi mata mengatakan kepada Anadolu bahwa pasukan Israel telah dikerahkan secara besar-besaran di Yerusalem Timur yang diduduki, terutama di Kota Tua dan pintu masuk menuju masjid. Ratusan warga Palestina terpaksa melaksanakan salat Jumat di jalan-jalan dekat area Kota Tua setelah dilarang masuk ke dalam masjid.