Fragmen

97 Tokoh NU yang Duduk di Majelis Konstituante

Senin, 26 Agustus 2024 | 08:00 WIB

97 Tokoh NU yang Duduk di Majelis Konstituante

KH Abdul Wahab Chasbullah saat memimpin sidang Fraksi NU di Dewan Konstituante. (Foto: X/@komunitas_pegon)

Negara Republik Indonesia pernah memiliki sebuah lembaga yang bernama Konstituante. Majelis Konstituante ini merupakan hasil dari Pemilihan Umum (Pemilu) 1955 dan dilantik tepat pada momen Hari Pahlawan, 10 November 1956. Seperti yang tercatat dalam buku Res Publica! Sekali Lagi Res Publica! (Kemenpen RI, 1959).


Dalam buku yang memuat pidato Presiden Soekarno di hadapan sidang pleno Konstituante di Bandung pada 22 April 1959 tersebut, dibuka dengan kalimat pengingat dari Bung Karno akan momen pelantikan Konstituante.


"Pada hari ini, sudah ada tepat 2 tahun, 5 bulan, dan 12 hari berlangsung. Sedjak saja melantik Sidang Pembuat Undang-undang Dasar jang terhormat ini. Seperti Saudara-saudara sekalian masih ingat, pelantikan Konstituante itu, tempo-hari dengan sengadja dilangsungkan pada waktu seluruh Rakjat Indonesia memperingati ulang tahun ke-11 Hari Pahlawan, jaitu 10 Nopember 1956."


Sebanyak 514 orang dilantik menjadi anggota Konstituante, termasuk dari Partai Nahdlatul Ulama (NU) yang berhasil mendapatkan kepercayaan dari rakyat untuk menjadi anggota Konstituante, sebanyak 91 orang. NU dalam Pemilu Konstituante berhasil meraih 6.989.333 suara atau 18,47% (Feillard, 1999). 


Salah satu anggota Konstituante dari NU, KH Saifuddin Zuhri, dalam Berangkat dari Pesantren (LKiS: 2013), menerangkan KH Fathurrahman Kafrawi dari NU ditunjuk menjadi Wakil Ketua. Kemudian setelah dilantik, Konstituante melakukan persidangan. Kiai Saifuddin Zuhri juga menerangkan tugas Konstituante:


"Sesuai dengan UU Pemilu 1955, Konstituante bertugas menyusun UUD secara demokratis dan selaras dengan keinginan rakyat sendiri. Dengan demikian, maka UUD yang berlaku pada masa itu (UUDS 1950) akan diganti dengan UUD hasil Konstituante. Sebelumnya kita sudah mempunyai UUD 1945," (Saifuddin, 2013: 562)


Persidangan Konstituante membahas mengenai bentuk negara, bendera negara, lagu kebangsaan, dan bahasa nasional tidak mengalami kesulitan yang berarti karena semua golongan sependapat. Hingga, ketika membahas tentang dasar negara, mulailah timbul perbedaan yang makin lama tajam dan melebar. (Saifuddin, 2013: 571)


Sidang Konstituante berulang-ulang melakukan voting karena tidak terwujudnya kesepakatan. Namun voting pun tidak pernah mendapatkan hasil suara mayoritas sesuai yang diperlukan, yaitu 2/3 dari jumlah anggota. Hingga akhirnya pada 5 Juli 1959. Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit, yang berisi pemberlakuan kembali Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan pembubaran Badan Konstituante. Menyusul pembubaran Konstituante, pada tanggal 5 Maret 1960, DPR hasil Pemilu 1955 juga dibubarkan. (Saifuddin, 2013: 576)


Demikian sekilas riwayat sejarah Konstituante RI. Berikut penulis juga merangkum 91 nama anggota Konstituante ditambah 6 orang orang pengganti (total 97 tokoh dari NU yang pernah menjadi anggota Konstituante) dari NU, bersumber dari laman Konstituante (cara penulisan nama dan gelar juga merujuk dari sumber tersebut).


1 KH Harun
2 KH Muhammad Thoha
3 KH Maksum
4 Sjech Abdullah Afifuddin
5 H Muhammad Dachlan
6 KH Ridlwan Abdullah
7 KH Anas Mahfudz
8 KH Achmad Zaini
9 H Nachrowi Thohir
10 KHR Fatchurrachman Kafrawi
11 KH Masjkur
12 R Alwi (pengganti)
13 Kiai Zahid
14 H Zainul Arifin
15 H Moh Thohir Bakri
16 H Abdul Chanan
17 R Muchamad Ali Mansur
18 Ny Solichah Saifuddin Zuhri
19 KHR As'ad
20 H Mustafa Bisri
21 Darmawi Munawir
22 Raden H Aliurida
23 Abdul Wahab Turcham
24 H Ismail Dachlan Djuru Alam
25 Gulam
26 KH M Ramli
27 Abdul Djamil Misbach
28 Muntaha
29 Achmad Anwar
30 Abdul Muin Daeng Myala
31 KH Dachlan Abdul Qohhar
32 KH Moch Cholil
33 Ibrahim Usman
34 Nj Siti Djamrud Daeng Tjaja (pengganti)
35 KH M Dachlan
36 KH Dimjati
37 Abu Bakar
38 KH Ali Maksoem
39 Hadji Thaha (pengganti)
40 Kiagus H Muhamad Sjadjari
41 Otong Hulaemi
42 Ny Abidah Machfoudz
43 H Mustadjad
44 Abdullah Jazidi
45 Moenawar Djaelani
46 KH Sjauki Ma'sum Kholil
47 H Husain Qadry bin H Achmad Zain
48 H Abubakar Yusuf
49 Sajid Abubakar bin Sajid Achmad Alaydrus
50 R Iskandar
51 H Sjarkawi
52 KH Achmad Zabidi
53 M H Marwan Noor
54 H Achmad Sahal Mansjur
55 Ahjak Sasrasugando
56 KRH Abdullah Affandi
57 Saleh Abdullah
58 H Husin Hifni bin H Hasjim (pengganti)
59 Nj Aisjah Dachlan
60 R Soelamoelhadi
61 H Saifudin Zuhri
62 R H Achmad Hasbullah
63 Turaichan Adjhuri
64 Mohd. Ma'sum Jusuf
65 KH Akram Chasany
66 H Abusudja
67 Muchamad Afandi
68 Achijad
69 Achmad Mudatsir
70 Mr Sunarjo
71 H Soekron
72 H S Djamaluddin Dg. Paremma
73 KH Achmad Bakri Siddiq
74 H Maeda Siregar Gelar Sutan Dali
75 H Moh Sjukri Ghozali al Rusjdan
76 KH Muchjidin Al Churaifisj
77 K Abdulmanab Murtadlo
78 KH Munief
79 KH Abdul Wahab
80 Alwi Murtadla
81 Nj Ratu Fatmah Chatib
82 KH Moehamad Radjiun
83 Abdul Mu'in Usman bin Abdul Mu'in
84 KH Mohammad Gazali Asj'ary
85 H Mochammad Mochtar Moestofa
86 Abdul Muchid Ma'sum (pengganti)
87 Ali Masjhar
88 R Darmono Damanhuri (pengganti)
89 H Idham Chalid
90 Ny Nihajah Masum
91 Abdulkabir
92 K Mohd. Machfudz Effendie
93 Maschoen
94 KH Moechsin
95 KH M Bisri Sjamsuri
96 Nj Adiani Kertodiredjo
97 KH Mochamad Iljas

 

Ajie Najmuddin, penulis buku Menuju Satu Abad NU