Daerah

Mbah Moen Serahkan Pengelolaan Pesantren ke Putra-putranya

Kamis, 8 Agustus 2019 | 04:30 WIB

Mbah Moen Serahkan Pengelolaan Pesantren ke Putra-putranya

foto: ilustrasi (benangmerahdasi.com)

Rembang, NU Online
Salah satu tinggalan almaghfurlah Kiai Maimoen Zubair selain putra putrinya yang shalih shalihah, yakni pesantren dengan nama 'Al-Anwar' yang didirikan tahun 1967 beserta 10 ribu santriwan-santriwati.
 
Berbagai ilmu yang diperolehnya selama mondok tidak hanya untuk pribadi Mbah Moen muda. Tetapi ditularkan kepada masyarakat kawasan nelayan di Sarang. Hal itu membuktikan bahwa ilmu tidak harus menyulap pemiliknya menjadi tinggi hati ataupun ekslusif dibanding yang lainnya. 
 
Pada tahun 1965 Mbah Moen mengabdikan diri untuk berkhidmat pada ilmu-ilmu agama. Hal itu diiringi dengan berdirinya Pesantren yang berada di sisi kediamannya. 
Pesantren yang sekarang dikenal dengan nama Al-Anwar. Satu dari sekian pesantren yang ada di Sarang. Keharuman nama dan kebesaran beliau sudah tidak bisa dibatasi lagi dengan peta geografis. 
 
Salah seorang santri Gus Umam yang juga adik dari Gus Bahaudin kepada NU Online, Rabu (7/8) mengatakan, Mbah Moen sudah anyak melahirkan  ulama-ulama muda dan santri yang berhasil karena ikut nyantri dalam pesantren yang kerap dikunjungi para pejabat di negeri ini.
 
"Mbah Moen dianugerahi 10 putra dari tiga kali pernikahannya. Almarhum menikah tiga kali karena istri pertama dan keduannya meninggal dunia," jelasnya. 
 
Dikatakan, istri pertama bernama Nyai Hj Fahima Baidhowi, yang merupakan putri dari KH Baidhowi Lasem Rembang. Dari pernikahannya, keduannya dikaruniai dua putra dan satu putri, masing-masing KH Abdullah Ubab (Gus Ubab), KH Muhammad Najih (Gus Najih), dan Nyai Hajah Shobihah (Neng Shobihah)
 
"Dari istri kedua, yakni Nyai Hj Mastiah, Mbah Moen dikaruniai 6 putra dan satu putri, masing-masing KH Majid Kamil (Gus Kamil), KH Abdul Goffur (Gus Ghofur), dan KH Abdul Rouf (Gus Rouf). Kemudian KH Muhammad Wafi ( Gus Wafi ), Nyai Hj Rodhiah (Neng Yah), KH Taj Yasin (Gus Yasin, dan KH Muhammad Idror (Gus Idror).
 
"Setelah istri pertama dan kedua wafat lebih dulu, Mbah Moen kembali menikah dengan istri ketiganya yaitu Ibu Nyai Hj Heni Maryam putri dari salah satu ulama dari Kabupaten Kudus. Dari pernikahan ini tidak dikaruniayai keturunan," imbuhnya.
 
Menurut Gus Umam, dalam hal agama 10 penerus KH Maimoen Zubair sangat mumpuni. Bersama dengan mereka, Mbah Moen mengembangkan Pesantren  Al-Anwar 1, 2,3, dan 4. Pesantren 1 di asuh KH Maimoen Zubair sendiri sampai wafat. Pesantren ini berlokasi di Desa Karang Mangu, Kecamatan Sarang. 
 
"Sedangkan Pesantren Al-Anwar 2, 3, dan 4 lokasinya berada di Dukuh Gondangrejo Desa Kalipang Kecamatang Sarang. Lokasinya berjarak sekitar 5 KM dari Ponpes Al-Anwar 1 (Induk)," tuturnya.
 
Yang membedakan pesantren keempatnya adalah Al-Anwar 1 murni pendidikan salaf, diasuh oleh KH Maimoen Zubair hingga akhir hayat.  Al-Anwar 2 ada pendidikan salaf dan formal, ada MI, MTs, yang dikelola KH Abdullah Ubab berdiri sekitar tahun 2003.
Al-Anwar 3 khusus untuk Sekolah Tinggi STAI yang diasuh oleh KH Abdul Ghofur sebagai rektornya. Al-Anwar 4 itu untuk SMK Al-Anwar yang diasuh oleh KH Taj Yasin, Wakil Gubernur Jawa Tengah berdiri pada tahun 2016.
 
Di Pesantren Al-Anwar juga terdapat pendidikan Ma'had Aly. Semacam program pendidikan khusus salaf yang disetarakan S1. Program tersebut berjalan sejak tahun 2005 sampai dengan sekarang.
 
Saat ini ada sekitar 10 ribu santriwan-santriwati yang masih mondok di empat Pesantren Al-Anwar. Sepeninggal Mbah Moen para santri diasuh oleh putra-putra Mbah Moen, sedangkan santri putri diasuh oleh Ibu Nyai Hj Heni Maryam dibantu menantu-menantunya.
 
Gus Umam orang yang sering mendampingi Mbah Moen ketika bebergian di acara penting itu menjelaskan, ke delapan putra Mbah Moen semuanya diminta menetap di Sarang Rembang, untuk meneruskan mengelola pondok yang terus mengalami kemajuan. 
 
"Kecuali kedua putrinya. Ibu Nyai Hj Shobihah (Neng Shobihah) di Cirebon menikah dengan KH Musthofa Aqil Siroj adik dari Ketua Umum Tanfidziyah PBNU KH Said Aqil Siroj, sedangkan Neng Diyah menjadi istri dari KH Zairul Anam (Gus Anam) Banyumas, Jawa Tengah," pungkasnya. (Ahmad Asmui/Muiz)