![Memilih Pasangan Hidup](https://storage.nu.or.id/storage/post/16_9/mid/1632533204.jpg)
Berpasang-pasangan merupakan fitrah manusia. Laki-laki dan perempuan ini diikat oleh tali suci pernikahan. Pernikahan dalam Islam diatur dalam syariat, termasuk memilih kriteria calon istri maupun calon suami.
Patoni
Penulis
Berpasang-pasangan merupakan fitrah manusia. Laki-laki dan perempuan ini diikat oleh tali suci pernikahan. Pernikahan dalam Islam diatur dalam syariat, termasuk memilih kriteria calon istri maupun calon suami.
Pakar Tafsir Al-Qurāan, Muhammad Quraish Shihab dalam bukunya Wawasan Al-Qurāan: Tafsir Tematik atas Pelbagai Persoalan Umat (2000) menerangkan, Al-Qurāan tidak menentukan secara rinci tentang siapa yang dikawini, tetapi hal tersebut diserahkan kepada selera masing-masing:
Ā
ŁŁŲ§ŁŁŁŁŲŁŁŲ§ Ł ŁŲ§ Ų·ŁŲ§ŲØŁ ŁŁŁŁŁ Ł Ł ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲ³ŁŲ§Ų”Ł
Ā
ā...maka kawinilah siapa yang kamu senangi dari wanita-wanita...ā (QS An-Nisa [4]: 3)
Meskipun demikian, Nabi Muhammad SAW menyatakan, biasanya wanita dinikahi karena hartanya, atau keturunannya, atau kecantikannya, atau karena agamanya. Jatuhkan pilihanmu atas yang beragama, (karena kalau tidak) engkau akan sengsara (Diriwayatkan melalui Abu Hurairah).
Di tempat lain, Al-Qurāan memberikan petunjuk, bahwa Laki-laki yang berzina tidak (pantas) mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak pantas dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik (QS An-Nur [24): 3).
Ų§ŁŲ²ŁŁŲ§ŁŁŁ ŁŁŲ§ ŁŁŁŁŁŁŲŁ Ų„ŁŁŁŁŲ§ Ų²ŁŲ§ŁŁŁŁŲ©Ł Ų£ŁŁŁ Ł
ŁŲ“ŁŲ±ŁŁŁŲ©Ł ŁŁŲ§ŁŲ²ŁŁŲ§ŁŁŁŁŲ©Ł ŁŁŲ§ ŁŁŁŁŁŁŲŁŁŁŲ§ Ų„ŁŁŁŁŲ§ Ų²ŁŲ§ŁŁ Ų£ŁŁŁ Ł
ŁŲ“ŁŲ±ŁŁŁ Ū ŁŁŲŁŲ±ŁŁŁ
Ł Ų°ŁŁ°ŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁ
ŁŲ¤ŁŁ
ŁŁŁŁŁŁ
āLaki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin.ā (QS An-Nur: 3)
Walhasil, seperti pesan surat An-Nur (24): 26, wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji. Dan Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).
Ų§ŁŁŲ®ŁŲØŁŁŲ«ŁŲ§ŲŖŁ ŁŁŁŁŲ®ŁŲØŁŁŲ«ŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁŲ®ŁŲØŁŁŲ«ŁŁŁŁ ŁŁŁŁŲ®ŁŲØŁŁŲ«ŁŲ§ŲŖŁ Ū ŁŁŲ§ŁŲ·ŁŁŁŁŁŲØŁŲ§ŲŖŁ ŁŁŁŲ·ŁŁŁŁŁŲØŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŲ·ŁŁŁŁŁŲØŁŁŁŁ ŁŁŁŲ·ŁŁŁŁŁŲØŁŲ§ŲŖŁ Ū Ų£ŁŁŁŁŁ°Ų¦ŁŁŁ Ł
ŁŲØŁŲ±ŁŁŲ”ŁŁŁŁ Ł
ŁŁ
ŁŁŲ§ ŁŁŁŁŁŁŁŁŁŁ Ū ŁŁŁŁŁ
Ł Ł
ŁŲŗŁŁŁŲ±ŁŲ©Ł ŁŁŲ±ŁŲ²ŁŁŁ ŁŁŲ±ŁŁŁ
Ł
āWanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).ā (QS An-Nur: 26)
Al-Qurāan merinci siapa saja yang tidak boleh dikawini Ā seorang laki-laki.
āDiharamkan kepada kamu mengawini ibu-ibu kamu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusukan kamu, saudara perempuan sepesusuan, ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan juga bagi kamu) istri-istri anak kandungmu (menantu), dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan diharamkan juga mengawini wanita-wanita yang bersuami.ā (QS An-Nisa' [4]: 23-24)
Kalaulah larangan mengawini istri orang lain merupakan sesuatu yang dapat dimengerti, maka mengapa selain itu --yang disebut di atas-- juga diharamkan? Di sini berbagai jawaban dapat dikemukakan.
Ada yang menegaskan bahwa perkawinan antara keluarga dekat, dapat melahirkan anak cucu yang lemah jasmani dan rohani. Ada juga yang meninjau dari segi keharusan menjaga hubungan kekerabatan agar tidak menimbulkan perselisihan atau perceraian sebagaimana yang dapat terjadi antar suami istri.Ā
Ada lagi yang memandang bahwa sebagian yang disebut di atas, berkedudukan semacam anak, saudara, dan ibu kandung, yang kesemuanya harus Ā dilindungi dari rasa birahi. Ada lagi yang memahami larangan perkawinan antara kerabat sebagai upaya Al-Qurāan memperluas hubungan antarkeluarga lain dalam rangka mengukuhkan satu masyarakat.
Penulis: Fathoni Ahmad
Editor: Muchlishon
Terpopuler
1
PBNU Buka Pendaftaran Beasiswa S1 ke Al-Azhar Mesir, Ini Ketentuan dan Cara Daftarnya
2
Khutbah Jumat: Menjadi Pribadi Lebih Baik di Tahun Baru Islam
3
Khutbah Jumat: Mewarnai Agenda Akhir Tahun dengan Tobat dan Introspeksi Diri
4
Khutbah Jumat Muharram: Bulan Istimewa, Penuh Keutamaan, dan Penghapus Dosa
5
Khutbah Jumat Tahun Baru Hijriah: Kiat Memperbaiki Masa Depan
6
Khutbah Jumat: Memaknai Hijrah dalam Kehidupan
Terkini
Lihat Semua