Nasional

Sekolah Digitalpreneur Indonesia Bekali Santri Keterampilan Ciptakan Ekonomi Kreatif

Selasa, 3 September 2024 | 14:00 WIB

Sekolah Digitalpreneur Indonesia Bekali Santri Keterampilan Ciptakan Ekonomi Kreatif

Para santri sedang menyampaikan presentasi dalam kegiatan Sekolah Digitalpreneur Indonesia (SDPI) yang digelar Kemenparekraf RI bekerja sama dengan Duta Santri Nasional yang berlangsung pada 27-30 Agustus 2024. (Foto: IG santridigitalpreneur.id)

Jakarta, NU Online

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI bekerja sama dengan Duta Santri Nasional menggelar Sekolah Digitalpreneur Indonesia (SDPI) di Pondok Pesantren Az-Ziyadah Klender, Jakarta Timur, pada 27-30 Agustus 2024.


Pada kegiatan itu, dilakukan pelatihan secara intensif sekaligus terdapat perlombaan produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) antarpesantren.


SDPI ini menghadirkan lima utusan dari sepuluh pesantren yang ada di Jakarta. Mereka berasal dari Pesantren Persis 69 Matraman, Pesantren Al-Hidayah Basmol, Pesantren Al Kenaniyyah, Pesantren As-Shidiqiyah, Pesantren Al-Mawaddah Ciganjur, Pesantren Tapak Sunan, Pesantren Al-Wathoniyah 43, Pesantren Al-Hamid, Pesantren Ar-Rofi’i, dan Pesantren Az-Ziyadah Klender sebagai tuan rumah.


Syarat bagi pesantren yang terlibat dalam kegiatan SDPI ini adalah memiliki produk UMKM. Masing-masing pesantren juga menampilkan ragam karya unik santri antara lain madu sehat, telur asin, baju koko, air mineral, hingga laundry yang merupakan produk berbasis jasa.


Kegiatan SDPI ini membekali santri keterampilan yang dapat dimaksimalkan dalam menciptakan ekonomi kreatif dan berdaya saing. Di antaranya kemampuan membaca peluang, berpikir kritis, menulis, dan videografi yang terdapat dalam sesi mentorship berupa kelas editing mencakup kemampuan voice over, pembuatan skrip, fotografi, dan penyutradaraan.

 
Para santri dalam kegiatan Sekolah Digitalpreneur Indonesia di Pesantren Az-Ziyadah Jakarta Timur. (Foto: IG santridigitalpreneur.id) 


Ketua Umum Duta Santri Nasional Muhammad Fahmi Reksa Alfarisi menyampaikan terima kasih kepada pemerintah yang telah bekerja sama untuk menyelenggarakan kegiatan SDPI ini.


Ia mengatakan, kegiatan ini menjadi titik awal santri untuk merintis usaha hingga dikenal oleh khalayak luas. Selain itu, mematahkan stigma masyarakat bahwa santri tidak hanya pandai mengaji dan baca kitab kuning.


"Namun lebih dari itu, mereka mampu beradaptasi dengan globalisasi dan digitalisasi zaman," ucap Fahmi melalui keterangan yang diterima NU Online, pada Senin (2/9/2024).


Senada, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI Sandiaga Uno yang hadir pada pembukaan SDPI menegaskan pentingnya pesantren untuk responsif, adaptif, kreatif, dan inovatif di tengah arus digitalisasi.


"Pesantren harus menjadi bagian dari perekonomian kreatif yang berdaya saing. Peran santri tidak lagi diragukan. Tunjukkan potensi yang ada sebagaimana ungkapan khairunnaas anfa’uhum linnaas (sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya)," kata Sandiaga.


Para peserta SDPI juga mengikuti sesi talkshow bersama para tokoh inspiratif yakni kreator konten muda Sahar Alfatahar, VP Commercial Umrohdotcom Kholifah Nuzulia Firdausi, CEO PM Entertainment Agi Sugiyanto, dan Dewan Redaksi Indopos Foller Sialagan.


Semangat saudagar di era digital

 
Para santri sedang dalam kegiatan Sekolah Digitalpreneur Indonesia di Pesantren Az-Ziyadah Jakarta Timur. (Foto: IG santridigitalpreneur.id) 

Kegiatan SDPI di Jakarta ditutup secara resmi oleh Direktur Aplikasi Kemenparekraf Imam Santosa pada Jumat, 30 Agustus 2024.


Dalam sambutannya, Imam menyampaikan bahwa tujuan inti dari agenda SDPI ini tidak lain adalah untuk memupuk semangat berniaga dengan landasan nilai-nilai Islam.


"Tujuan kita adalah menjadi pengusaha seperti Nabi Muhammad yang menjadi pebisnis hebat. Kita harus menjadi saudagar-saudagar di era digital yang membawa nilai Islam, sehingga ilmu yang disampaikan semoga bisa diimplikasikan. Apalagi internet sudah carut-marut. Kalau bukan kita yang mengisi dengan nafas Islami siapa lagi?" kata Imam.


Di akhir sesi, seorang mentor sekaligus juri, Anjar mengumumkan nominasi pesantren terbaik pada perlombaan yang diadakan sebagai rangkaian dari kegiatan SDPI.


"Penilaian yang ada dilakukan dengan sangat objektif mencakup proses awal peserta, antusiasme hingga keaktifan dan kedisiplinan dalam pelatihan," kata Anjar.


Ia mengatakan bahwa di hari terakhir, kegiatan difokuskan pada penampilan video iklan produk yang merangkum perjuangan para peserta selama empat hari belajar, yang mencakup kemampuan copywriting, editing, fotografi, dan voice over.


Video tersebut menampilkan perpaduan teknik editing dengan backsound yang pas, transisi, hingga pertempuran sang jawara dalam layar games pada produk minuman bir pletok khas Betawi.


"Karya kreatif santri menunjukkan bakat santri untuk berdaya saing pada ekonomi kreatif era digital," kata Anjar.
 

Ia kemudian memanggil perwakilan pesantren yang masuk tiga besar yakni Pesantren Al-Mawadah, Pesantren As-Shiddiqiyah, dan Pesantren Tapak Sunan.


Lalu Anjar mengumumkan bahwa Pesantren As-Shiddiqiyah menjadi pemenang dan akan mewakili Jakarta dalam Demo Day sebagai agenda final dari SDPI.


Pesantren As-Shiddiqiyah akan bersaing dengan pesantren dari sembilan perwakilan kota lain, pada Oktober 2024 mendatang, yang akan mempresentasikan gagasan produk UMKM pesantren.


Pesantren As-Shiddiqiyah menjadi pemenang setelah menampilkan Kirani Clean sebagai jasa laundry yang dianggap layak memenuhi aspek substansi materi, hasil karya, keaktifan yang mencakup problem solving dan critical thinking, serta rencana keberlangsungan pasca-pelatihan.


Melalui kegiatan ini, Duta Santri Nasional berharap para santri mampu berkontribusi untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 untuk menciptakan ekonomi kreatif dan menggerakkan roda perekonomian Indonesia.


Kontributor: Intan Fasya Zahara