Nasional

Pemuka Agama Katolik dan Protestan Rutin Sosialisasikan Dokumen Persaudaraan Manusia

Rabu, 10 Juli 2024 | 13:00 WIB

Pemuka Agama Katolik dan Protestan Rutin Sosialisasikan Dokumen Persaudaraan Manusia

Pendeta Gomar Gultom dalam acara Interfaith and Intercivilizational Reception yang digelar PBNU di Hotel Pullman Jakarta, pada Rabu (10/7/2024). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

 

Perhelatan Interfaith and Intercivilizational Reception untuk menyambut Grand Syekh Imam Besar Al-Azhar Ahmed Al-Tayeb dilangsungkan di Ballroom Hotel Pullman Central Park, Jakarta pada Rabu (10/7/2024)

 


Acara ini dihadiri oleh para pemuka agama, antara lain Romo Agustinus Heri Wibowo sebagai perwakilan dari Katolik dan Pendeta Gomar Gultom dari Kristen Protestan.


Pada kesempatan itu, kedua tokoh agama tersebut mengungkapkan bahwa Dokumen Persaudaraan Manusia yang ditandatangani Grand Syekh Al-Azhar dan Paus Fransiskus pada 4 Februari 2019 menjadi salah satu dokumen yang rutin disosialisasikan kepada umat Katolik dan Kristen Protestan di Indonesia.


"Kami sosialisasikan dokumen persaudaraan insani ini ke seluruh umat Katolik di Indonesia melalui struktur keuskupan, paroki, dan berbagai kesempatan perjumpaan lintas agama," ungkap Romo Agustinus.


Ia juga mengungkapkan bahwa dokumen ini berisi pesan yang sungguh mendalam dan sangat bermakna bagi persaudaraan kemanusiaan dan perdamaian pada dunia, khususnya Indonesia.

 
Gus Yahya bersama para tokoh agama


Senada, Pendeta Gomar Gultom menyampaikan bahwa Dokumen Persaudaraan Manusia memberi pertolongan terhadap permasalahan kemanusiaan dunia saat ini.


"Komunike (dokumen) ini menukik pada persaudaraan manusia yang melampaui agama, suku bangsa, ras, dan pilihan politik," kata Gultom


Ia menyampaikan bahwa berbagai tatanan ekonomi dan tatanan global tidak dapat mengatasi berbagai masalah kemanusiaan di dunia saat ini.


"Agama-agama yang sejatinya hadir untuk memanusiakan manusia ternyata bisa bias oleh kepentingan sesaat, bahkan acap terjebak sebagai kendaraan bagi kepentingan ekonomi dan politik tertentu," katanya.


Menurut Gultom, saat ini simbol agama cenderung lebih dikedepankan tetapi substansi hidup beragama seperti persaudaraan kemanusiaan malah diabaikan.


"Karenanya, komunika (Dokumen Persaudaraan Manusia) ini sangat relevan dengan kondisi dunia saat ini," tegas Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) itu.


Ia juga mengapresiasi konsistensi Grand Syekh Al-Tayeb dalam mempromosikan nilai kemanusiaan, sehingga menjadi inspirasi bagi para pemeluk agama untuk hidup berdampingan dalam damai dan mengesampingkan kepentingan-kepentingan sesaat.


Acara ini juga dihadiri sejumlah tokoh penting. Di antaranya Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas.