Nasional

Pasangan Capres-Cawapres 2024 Tanpa Tokoh Luar Jawa, Akademisi Jelaskan Faktornya

Kam, 9 November 2023 | 14:30 WIB

Pasangan Capres-Cawapres 2024 Tanpa Tokoh Luar Jawa, Akademisi Jelaskan Faktornya

Capres dan Cawapres 2024. (Ilustrasi: NU Online/Aceng Darta)

Jambi, NU Online

Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden 2024 semuanya merupakan perwakilan provinsi yang ada di Pulau Jawa, termasuk Mahfud MD yang berasal dari pulau Madura karena Madura bagian dari provinsi Jawa Timur.


Menanggapi hal tersebut, Dosen Antropologi Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Thaha Saifuddin Jambi, Pahmi, tidak adanya tokoh luar Jawa yang tampil kepermukaan saat pemilihan RI 1 dan RI 2 2024 cukup disayangkan.


Pasalnya menurut dia, sejak dahulu pemimpin luar Jawa khususnya Sumatra selalu tampil ke permukaan memberikan sumbangsih pemikiran dan tenaga. Seperti di era Soekarno ada Bung Hatta yang berasal dari Sumatera Barat.


“Secara demokrasi tidak menjadi masalah, tapi sepanjang sejarah Indonesia, sejak awal para tokoh bangsa telah merajut rasa kebangsaan melalui perwakilan di luar Jawa, sebut saja Bung Hatta sebagai wakil presiden pertama Indonesia,” jelas Pahmi kepada NU Online.


Menurut Pahmi, tidak munculnya tokoh dari luar Jawa pada pemilu 2024 tentu memutus tradisi pemimpin luar Jawa memimpin Republik ini. Dia menjelaskan beberapa faktor terkait ini.


Faktor utama yaitu sistem pemilihan dengan suara terbanyak, sehingga Jawa menjadi titik fokus pertarungan para calon. Hal ini juga membuat calon dari pulau Jawa semakin dilirik.


Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) pemilu 2024 sebanyak 204.807.222 pemilih.

 

Pulau Jawa merupakan daerah dengan pemilih yang paling banyak di Indonesia. Tercatat, ada 115.384.664 pemilih di pulau Jawa pada Pemilu 2024.


Faktor selanjutnya yaitu tidak ada tokoh luar Jawa yang memiliki kekuatan dan ketokohan besar sehingga berani mencalonkan diri.


“Alasan kenapa tidak ada calon dari luar Jawa, hal ini disebabkan oleh kepentingan lumbung suara pemilih dan kekuatan politik yang sebagian besar berada di Jawa. Disamping itu tidak ada tokoh luar Jawa yang berani mencalonkan diri,” tegas Pahmi.


Pahmi berharap, pemilu 2024 menjadi Pelajaran penting bagi tokoh-tokoh luar Jawa sehingga pada pesta demokrasi periode selanjutnya bisa ikut berpartisipasi.


“Yang harus dilakukan adalah membenahi kualitas diri dan berani untuk mengambil peran sosial politik di kancah nasional,” jelas Pahmi.


Lebih lanjut, selain era presiden Soekarno, dia menjelaskan bahwa peran tokoh dari luar Jawa juga ada di era Presiden Soeharto, hal ini diwakili oleh Adam Malik Batubara dari Sumatera Utara.


Secara terus menerus, estafet kepemimpinan putra luar Jawa terus berlanjut di era Presiden Soeharto dengan naiknya Bj Habibie yang berasal dari Pare pare, Sulawesi Selatan.


Kombinasi pasangan capres dan cawapres dari Jawa dan luar Jawa berlanjut di era Presiden Megawati Soekarno Putri saat memilih Hamza Haz asal Kalimantan Barat sebagai wakil presiden.


Sejak pemilihan presiden secara langsung, Yusuf Kalla asal Makassar terpilih dua kali menjadi wakil presiden yang berbeda, wapres dari Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2009) dan wapres dari Joko Widodo (2014-2019).


Bahkan pada 2009, Jusuf Kalla maju sebagai calon presiden. Tahun 2014, Jusuf Kalla maju kembali sebagai calon wakil presiden. Sedangkan di 2019, Sandiaga Uno asal Pekanbaru mewakili putra Sumatera berpasangan dengan Prabowo.