Nasional HARI BATIK NASIONAL

Nilai Etik dan Estetik Batik Bisa Jadi Inspirasi Generasi Milenial

Sel, 2 Oktober 2018 | 04:10 WIB

Nilai Etik dan Estetik Batik Bisa Jadi Inspirasi Generasi Milenial

Proses membatik (via istimewa)

Jakarta, NU Online
Pegiat Budaya Zastrouw Al-Ngatawi mengatakan, batik sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia tak sekadar ekspresi estetik tapi juga merupakan identitas kultural, simbol sosial, dan spiritual bagi bangsa Nusantara.

Menurutnya, dalam peringatan Hari Batik Nasional, 2 Oktober 2018 hari ini, ada berbagai makna etik dan estetik di balik keindahan lukisan batik yang jadi busana adiluhung.

“Bagi generasi milenial batik bisa menjadi sumber inspirasi untuk membuat karya-karya estetik,” ujar Zastrouw kepada NU Online, Selasa (2/10) di Jakarta.

Artinya, menurut Pimpinan Kelompok Musik Religi Ki Ageng Ganjur ini, jika makna etik dan estetik dari batik bisa dipahami oleh generasi milenial, maka mereka akan bisa menjadikan batik sebagai mata air yang bisa mengalirkan ide-ide kreatif.

“Ide-ide kreatif yang tidak saja antik dan unik, tetapi juga akan melahirkan karya-karya seni menarik memiliki nilai estetik dan ekonomik yang tinggi,” jelas Dosen Pascasarjana UNUSIA Jakarta ini.

Selain itu, sambung Ketua Lesbumi PBNU 2010-2015 ini, dengan cara melestarikan dan memahami batik akan terjadi aktualisasi batik yang dilakukan oleh generasi milenial tanpa harus kehilangan akar spiritual dan etik.

Warisan Budaya Dunia

Tanggal 2 Oktober menjadi salah satu hari penting bagi kebudayaan Indonesia, terutama batik. Sebab, pada hari itulah batik diakui sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia.

Pengakuan batik sebagai warisan dunia ini berlaku sejak Badan PBB untuk Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan atau UNESCO, menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and the Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009.

Menurut UNESCO seperti dilansir Kompas, teknik, simbolisme, dan budaya terkait batik dianggap melekat dengan kebudayaan Indonesia. Bahkan, UNESCO menilai masyarakat Indonesia memaknai batik dari prosesi kelahiran sampai kematian.

Batik juga menjadi refleksi akan keberagaman budaya di Indonesia yang terlihat dari sejumlah motifnya. Pengaruh Arab dalam motif hias yang biasa ditemui di seni kaligrafi, pengaruh Eropa dalam bentuk motif bunga, pengaruh China dalam motif phoenix (burung api), hingga pengaruh India dan Persia dalam motif merak.

UNESCO mengakui batik sebagai warisan dunia karena memenuhi kriteria, antara lain kaya dengan simbol dan makna filosofi kehidupan rakyat Indonesia. (Fathoni)