Nasional RAKERNAS MUKERNAS MUSLIMAT NU

Kiai Hasyim: Hanya NU yang Dapat Mengislamkan Nasionalis

Kam, 29 Mei 2014 | 08:49 WIB

Jakarta, NU Online
Mantan Ketua Umum PBNU KH M Hasyim Muzadi menyatakan bahwa negara harus dipimpin oleh orang yang mengerti akan pondasi Islam kultural yang direperesentasikan oleh Nahdlatul Ulama (NU) sekaligus oleh orang yang berjiwa nasionalis. Dia menuturkan bahwa oleh jiwa-jiwa merekalah Indonesia dapat ditegakkan dan dibangun dari dulu hingga sekarang.<>

“NU tidak menolak nasionalisme, itulah yang diajarkan oleh para pendiri NU, bahkan hanya orang NU lah yang dapat mengislamkan nasionalis,” tuturnya sebagai narasumber dalam Pleno V Rakernas dan Mukernas Muslimat NU di Gedung Serba Guna 1 Asrama Haji Pondok Gede  Jakarta, Kamis (29/5) siang.

Kita, lanjut Hasyim, tidak dapat mengandalkan Islam-Islam mereka yang hanya mengandalkan caci maki, menebar kebencian dengan mengumbar paham keagamaan yang meresahkan masyarakat. “Modal caci maki hanya melunturkan semangat persatuan dan kesatuan,” kata Pengasuh Pondok Pesantren al-Hikam ini yang mendapat tema “Kriteria Pemimpin untuk Mengantarkan Indonesia Bermartabat”.

Menurutnya, orang NU harus menjadi pemimpin. Oleh karena itu, kata Hasyim, dia akan menerbitkan buku tentang mengapa orang NU harus menjadi seorang pemimpin. “Penerbitan buku ini sedang saya persiapkan, di Jawa Timur,” ungkap mantan Ketua Umum PBNU ini.

Sementara itu, Prof Dr Hamdi Muluk MSi sebagai narasumber lain yang mendapat tema, “Telaah terhadap Sistem Ketatanegaraan yang Bisa Menjamin Lahirnya Pemimpin Ideal” menjelaskan bahwa pada intinya ketatanegaraan yang baik timbul dari perilaku seorang pemimpin yang baik pula.

“Semua terkait perilaku pemimpin, entah itu penyimpangan maupun kebaikan,” ujar Guru Besar Psikologi Politik UI yang mengaku sangat mengagumi kepemimpinan Ketua Umum PP Muslimat NU Hj Khofifah Indar Parawansa ini.

Hamdi menjelaskan bahwa pemimpin adalah yang dekat dengan keseharian kita sebagai pemimpin publik bukan pemimpin partai atau kelompok, sehingga kita paham dan dapat mematuhi atau tidak. 

“Kalau dalam teori minang, “ditinggikan seranting, didahulukan selangkah”, maksudnya yaitu seorang pemimpin ditinggikan kedudukannya dipatuhi perintahnya, karena telah dipilih secara mufakat,” jelas Hamdi.

Pleno V ini dihadiri sekitar 1200 peserta Rakernas dan Mukernas Muslimat NU, Ketua Umum PP Muslimat NU Hj Khofifah Indar Parawansa beserta pimpinan pusat lain. Acara dilanjutkan dengan Tanya jawab dengan dimoderatori oleh Hj Yenny Wahid dan notulen Susianah Affandi. (Fathoni/Mukafi Niam)