Nasional HAUL KIAI

KH Ma'ruf Irsyad, Kiai Alhamdulillah

Jum, 21 Juni 2013 | 18:00 WIB

Kudus, NU Online
Tiga tahun lalu, tepatnya bulan Sya’ban 1431 atau 22  Juli 2010, masyarakat Nahdliyin Kudus dan sekitarnya dikagetkan kabar wafatnya Rais Syuriah PCNU Kudus 1993-1998, KH Ma’ruf Irsyad pada usia 73 tahun. Nahdliyin kehilangan sosok alim yang juga pengasuh Pesantren Raudlatul Murattilin Langgardalem, Kota Kudus, Jawa Tengah.
<>
Rabu (19/6) kemarin, haul wafatnya KH Ma’ruf irsyad diperingati ribuan santrinya di Masjid Kaujan Kudus. Haul dimulai sejak pagi hari dengan khotmil Qur’an bil-ghoib maupun bin-nadhor. Siangnya digelar tahlil umum di makam Desa Bakalan Krapyak Kudus. Sebagai puncak peringatan, digelar pengajian umum bersama ulama dan Kiai se Kudus.

Mengenang sosok KH Ma’ruf, sejumlah santri dan tokoh NU mempunyai kesan yang hampir sama. Mereka menilai kiai yang sering disapa Mbah Ma’ruf ini sebagai sosok pejuang agama yang penuh kesederhanaan dan keikhlasan.

Semasa hidupnya, menurut para santri, KH Ma’ruf memiliki semangat dalam mengajarkan ilmu agama di madrasah maupun forum pengajian. Kesederhanaanya juga terlihat dari gaya hidupnya dan gaya mengajarnya yang selalu ditanamkan kepada para santri-santrinya.

Salah seorang alumni santri Raudhotul Murattilin Saiful Anas membenarkan penilaian tersebut. Dikatakan Anas, KH Ma’ruf mempunyai sikap zuhud yang luar biasa. Dia tidak pernah memikirkan kemewahan, namun selalu menerima dengan penuh keikhlasan.

Bahkan untuk pengembangan pesantren, ujar Anas, Mbah Ma’ruftidak mau menerima bantuan dari pemerintah karena dinilai subhat, “Saya pernah melihat sendiri, beliau menolak bantuan dari bupati. Mbah Ma’ruf sangat hati-hati terkait masalah ini,” kenang mantan Ketua IPNU Kudus ini kepada NU Online.

Guru madrasah Tasywiqut Tullab Salafiyah (TBS) Kudus Waluyo menyatakan, Mbah Ma’ruf merupakan kiai yang moderat dalam memberikan penjelasan terhadap persoalan ummat. Dia, kata  Waluyo, tidak pernah memberikan jawaban secara langsung melainkan dikembalikan kepada umat itu sendiri.

“Mbah Ma’ruf tidak langsung ‘memvonis’, melainkan hanya memberi batasan-batasan dasar hukumnya. Umat diminta sendiri mencari solusi atas problem tersebut,” ujarnya.

Disamping memiliki kemampuan agama yang kuat, kiai ini juga terkenal rasa syukur akan nikmat yang diterimanya. Setiap waktu, dia tidak pernah meninggalkan ucapan Alhamdulillah, “Sehingga banyak santri madrasah yang menyebutnya sebagai kiai Alhamdulillah,” imbuh Waluyo.

Kenangan yang sama juga diungkapkan sekretaris LTMNU Kecamatan Kaliwungu Kudus H Masrukin. Ia menyatakan salah satu keteladanan Mbah Ma’ruf dari sikap ‘neriman’ dengan mendawamkan bersyukur.
“Setiap jemput beliau untuk mengisi pengajian rutin di kampung pada waktu itu, saya mencatat beliau mendawamkan ucapan Alhamdulillah,” kenangnya.

Ketua PCNU Kudus KH Chusnan Ms mengatakan Mbah Ma’ruf merupakan sosok  ulama besar yang pantang menyerah berjuang mengembangkan ilmu agama. Beliau juga memiliki keikhlasan yang patut diteladani.

“Tidak hanya dalam mengajarkan ilmu agama, beliau berjasa besar mengembangkan Nahdlatul  Ulama di Kudus,” ujarnya di depan ribuan jamaah yang menghadiri haul ke-3 di masjid Kaujan Langgardalem Kudus, Rabu malam (19/6).

KH Chusnan menambahkan, Mbah Ma’ruf dua kali menjabat sebagai Rais Syuriyah PCNU Kudus periode 1993-1998 dan 1998 hingga wafat (2010). Dalam menggerakkan NU, Mbah Ma’ruf telah menggagas program konsolidasi  warga NU melalui forum yang diberi nama PINUK (Pusat Informasi NU Kudus).

“Untuk mengingat beliau, NU Kudus teringat PINUK yang selalu diadakan setiap Jumat  pon yang tempatnya bergiliran di ranting-ranting. Dalam forum itu, diisi pengajian kitab yang diasuh para kiai syuriah NU,” ujarnya.

Melihat perjuangan Mbah Ma’ruf yang begitu besar, para santri terus selalu mengenang dan meneladani. Salah satu bentuknya, para santri madrasah Qudsiyah membuat sebuah lirik syair yang dinyanyikan dengan iringan rebana Almubarok berjudul Syaikhona.

Bukan hanya itu, para alumni santri juga bertekad  mengembangkan peninggalannya yakni pesantren Raudlatul Muta’allimin desa langgardalem.  Semoga beliau diterima di sisi Allah dan menjadi ahli sorga. Amin.


Redaktur      : Abdullah Alawi
Kontributor  : Qomarul Adib