Nasional

Gus Yahya Soroti Penggunaan Agama sebagai Senjata Politik

Sen, 20 Mei 2024 | 23:31 WIB

Gus Yahya Soroti Penggunaan Agama sebagai Senjata Politik

Ilustrasi kebinekaan (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, menyoroti kecenderungan sebagian aktor politik yang menggunakan agama atau identitas lain sebagai senjata politik untuk meraih dukungan masyarakat. Fenomena ini, menurutnya, telah beberapa kali terjadi di Indonesia.


"Sebagian aktor politik terkadang cenderung menggunakan agama atau identitas lain sebagai senjata politik untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. Hal ini sudah beberapa kali terjadi di Indonesia," ujarnya dalam forum The International Dialogue Centre (KAICIID) di Lisbon, Portugal, dikutip dari siaran di kanal KAICIID, Senin (20/5/2024).


Kiai yang karib disapa Gus Yahya itu menegaskan pentingnya mencegah penggunaan agama untuk tujuan yang tidak sesuai dengan ajaran agama.


"Secara umum, yang pertama-tama perlu kita cegah adalah agama atau identitas budaya kita digunakan untuk suatu usulan yang tidak sesuai dengan ajaran agama kita, misalnya untuk kepentingan politik sebagai senjata politik atau untuk melegitimasi suatu hal tertentu," tambah Gus Yahya.


Gus Yahya menekankan bahwa ide-ide yang tidak berasal dari agama, tetapi dipaksakan kepada pemimpin agama untuk mengakomodasikannya, dapat berpotensi merugikan umat.


"Jika kita bisa mencegah semua itu, maka setiap masyarakat kita bisa kembali pada hakikat ajaran agama kita," jelas Gus Yahya.


Gus Yahya optimis bahwa dengan mencegah politisasi agama, masyarakat dapat fokus pada ajaran agama yang sejati.


"Kita dapat melihat bahwa dalam hal kepentingan kesejahteraan umat manusia, kita semua mempunyai pemikiran yang sama dan kita selalu dapat bekerja sama untuk mewujudkan hal tersebut," ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Raudlathut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.


Berdasarkan pengalaman kami, pengalaman Nahdlatul Ulama dalam kolaborasi kami di belahan dunia lain, tantangan yang paling sering muncul dalam upaya mengembangkan saling pengertian dan kolaborasi antarumat beragama adalah senjata politik agama.


"Tantangan yang paling sering muncul dalam upaya mengembangkan saling pengertian dan kolaborasi antarumat beragama adalah senjata politik agama," tutup Gus Yahya.