Nasional

Gus Ulil Bongkar Sederet Mitos dan Siasat Politik Israel untuk Bungkam Pengkritik

Sen, 3 Juni 2024 | 10:00 WIB

Gus Ulil Bongkar Sederet Mitos dan Siasat Politik Israel untuk Bungkam Pengkritik

Ketua PBNU, KH Ulil Abshar Abdalla atau Gus Ulil. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ulil Abshar Abdalla atau Gus Ulil, mengungkapkan beberapa mitos yang digunakan Israel untuk membungkam para pengkritiknya, terutama di Barat.

 

Menurut Gus Ulil, ada sejumlah narasi menyesatkan yang dibangun oleh Israel terkait pendirian negara mereka.


Palestina sebagai tanah kosong

Gus Ulil menjelaskan bahwa salah satu mitos utama yang dibangun Israel adalah bahwa sebelum kedatangan orang Yahudi Palestina adalah tanah kosong, tanpa penduduk.


"Kita tahu Israel berdiri pada tanggal 15 Mei 1948. Beberapa politisi penting dan founding fathers Israel menggambarkan Palestina sebagai tanah kosong. Tanah yang di sana tidak ada orang," ujar Gus Ulil, dalam diskusi Peran Kita dalam Mendukung Palestina di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu kemarin.


Narasi ini digunakan untuk mengklaim bahwa pendirian negara Israel tidak mengorbankan siapa pun. Namun, mitos ini terbongkar pada akhir 1980-an ketika dokumen resmi Israel mulai dideklasifikasi.


Dokumen-dokumen tersebut dibaca oleh sejarawan yang kemudian melahirkan generasi sejarawan Yahudi baru, yang dikenal sebagai New Historians. Tiga tokoh utama dari kelompok ini adalah Avi Shlaim, Benny Morris, dan Ilan Pappe.


"Avi Shlaim menulis banyak buku mengenai mitos ini dan mencoba mematahkannya. Melalui studi arsip sejarah, terungkap bahwa pendirian negara Israel berdarah-darah, dengan sekitar 800 ribu orang Arab terusir dari tempat tinggal mereka dan sekitar 400 desa dihancurkan," papar Gus Ulil.


Orang-Orang Arab tidak mau berdamai

Mitos kedua yang diungkapkan Gus Ulil adalah bahwa orang-orang Arab sejak awal tidak mau berdamai dengan Israel. Narasi ini menyatakan bahwa bangsa Arab lebih memilih perang dan menolak resolusi damai yang ditawarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1947 yang membagi Palestina menjadi dua bagian, satu untuk Israel dan satu untuk Arab.


"Narasi bahwa bangsa Arab lebih memilih perang daripada damai ini sangat misleading," kata Gus Ulil.


Menurut Gus Ulil, keputusan PBB tersebut tidak adil karena tanah yang secara resmi dimiliki oleh orang Palestina diberikan kepada pendatang yang mengambilnya secara ilegal.


"Menurut saya, keputusan ini tidak fair, karena ini orang yang punya tanah resmi kemudian tanahnya diberikan kepada pendatang yang mengambil tanah itu secara ilegal," tegasnya.


Gus Ulil menekankan pentingnya memahami dan mengkritisi narasi resmi yang dibangun oleh Israel, terutama di Barat. Menurutnya, narasi-narasi ini tidak hanya menyesatkan tetapi juga mengaburkan realitas sejarah dan penderitaan rakyat Palestina.