Nasional

Gus Baha Memilih Bisa Ajarkan Fiqih Daripada Bisa Terbang, Begini Alasannya

Sel, 1 Agustus 2023 | 06:00 WIB

Gus Baha Memilih Bisa Ajarkan Fiqih Daripada Bisa Terbang, Begini Alasannya

Rais Syuriyah PBNU, KH Bahauddin Nur Salim (Gus Baha) mengisi pengajian umum dalam rangka haul Kiai Ahmad Mutamakkin di Desa Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah Kamis (27/7/2023) (Foto: Islamic Center Masjid Kajen)

Pati, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU,) KH Bahauddin Nur Salim (Gus Baha) mengatakan jika dirinya diberi pilihan oleh Allah antara memliki kemampuan untuk terbang atau mampu mengajar kitab Taqrib, ia akan lebih memilih bisa mengajar kitab Taqrib.


"Umpamanya saya bisa terbang, yang menyaksikan mungkin beberapa orang saja. Dan saat beberapa saksi tersebut menceritakan kisah tersebut ke orang lain, belum tentu dipercaya. Berbeda kalau saya mengajar Taqrib, nanti ada orang yang sujud kepada Allah, orang jadi bisa shalat secara benar, zakat dengan benar, dan itu karena jasa saya mengajarkan Taqrib," jelas Gus Baha beralasan.

 

Penggambaran itu disampaikannya untuk menekankan bahwa seorang ahli fiqih lebih utama daripada orang yang punya kesaktian, apalagi sampai bisa terbang. Ia berbicara saat mengisi pengajian umum dalam rangka haul Kiai Ahmad Mutamakkin di Desa Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah Kamis (27/7/2023) sebagaimana dalam tayangan Takhtimul Quran Binnadhor Tahlil Haul & Mauidhoh Hasanah Haul Mbah Ahmad Mutamakkin Kajen 1445H diakses Senin (31/7/2023). Menurut Gus Baha, menguasai ilmu fiqih bahkan lebih utama daripada wali.


"Sebab, kalau kita menjadi wali, mungkin yang sowan kepada kita akan banyak dan gulamu (untuk menggambarkan hadiah yang diberikan saat seseorang sowan) banyak. Tapi kalau kita menjadi seorang yang ahli ilmu atau alim, orang yang mengaji kepada kita akan banyak dan orang yang menjadi tahu soal ilmu fiqih juga banyak," kata Gus Baha.

 

Gus Baha menceritakan sebuah kisah yang menceritakan tentang seorang wali, yang disebut Gus Baha masih yunior. Wali itu diberi karamah oleh Allah bisa terbang.


"Alkisah ia tak tahu kalau melewati rumah Syekh Abdul Qodir Al-Jailani, sang pemimpin para wali. Waktu itu ia merasa bahwa tak ada wali yang sebaik dia, karena bisa terbang. Walhasil, dia dijatuhkan dan kewaliannya dibredel oleh Syekh Abdul Qodir Jailani karena angkuh atau mlete," ujarnya.


Hal yang ingin disampaikan Gus Baha itu bahwa ilmu jauh lebih penting apabila disandingkan dengan karamah. "Makanya wali-wali zaman dulu juga 'alim atau ahli ilmu agama. Bahkan Mbah Mutamakkin ini juga seorang yang alim hingga beliau mengarang kitab di antaranya soal fiqih," kata Gus Baha.


Pada kesempatan itu dia menjelaskan nama Mbah Ahmad Mutamakkin sebenarnya ialah Ahmad. Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA ini melanjutkan, nama Mutamakkin adalah sebuah gelar karena kokohnya kewalian atau bisa juga diartikan kokoh di kelasnya (maqamnya)


"Senada dengan itu, mungkin saja kita pernah menjadi wali dalam satu detik atau dua detik, karena ujian atau godaan wanita, pangkat atau hasud (iri), kewalian kita menjadi hilang," kata Gus Baha. "Jarang ada orang yang menjadi wali secara konsisten. Karena kewalian itu bisa disalbu alias diambil lagi oleh Allah," terang Gus Baha.

 

Gus Baha menegaskan bahwa beliau memaparkan penjelasan di atas agar Kajen baik yang Kulon Banon atau Wetan Banon basisnya selalu ilmu. Selain itu, kata Gus Baha, ia berbicara begitu kerena ia sendiri masih keturunan Mbah Ahmad Mutamakkin.


Mbah Ahmad Mutamakkin hidup pada abad 16-17 Masehi. Ia menjadi salah satu tokoh penyebar agama Islam di Jawa setelah era Walisongo. Ia menjadi legenda Kajen dan sekitarnya. Selain itu, Mbah Mutamakkin dipercaya masih keturunan dengan Raja Muslim yang bernama Jaka Tingkir dan Raja Majapahit Brawijaya VI. Itu artinya Mbah Mutamakkin secara nasab masih tersambung dengan Nabi Muhammad saw.


Sebagian besar Kiai-Kiai Kajen merupakan keturunan Mbah Mutamakkin seperti Mbah Mahfudh Salam, Mbah Abdullah Zen Salam, Mbah Sahal Mahfudh dan masih banyak lagi. 


Adapun rangkain acara Haul Mbah Ahmad Mutamakin digelar selama beberapa, di isi dengan pembukaan mudarosah Al-Qur'an bil ghaib, walimah takhtimul Qur'an bil Ghaib, burdah, tahlil muqoddimah, buka selamu atau lelang, takhtimul Qur'an bin nadhor, tahlil haul dan pengajian umum, manaqib penutup, dan kirab budaya.


Haul dimulai pada Senin Legi (24 Juli 2023) hingga Jumat Kliwon (28 Juli 2023)  atau tanggal 6-10 Muharram dengan diakhiri manaqib penutup pada malam harinya.

 

Haul Mbah Ahmad Mutamakkin merupakan yang paling meriah di Kabupaten Pati dengan dihadiri ribuan hadirin baik dari Kabupaten Pati maupun luar Kabupaten Pati. Hadir pula pada haul tersebut pengasuh-pengasuh pesantren di Kajen. Pada takhtimul Qur'an bin nadhor, tahlil haul dan pengajian umum Kamis Wage, 27 Juli 2023, Gus Baha menjadi pengisi mauidhah hasanah.