Nasional

Grand Syekh Al-Azhar Prihatin Penindasan terhadap Rakyat Palestina

Rabu, 10 Juli 2024 | 19:30 WIB

Grand Syekh Al-Azhar Prihatin Penindasan terhadap Rakyat Palestina

Grand Syekh Al-Azhar Ahmad El-Tayeb saat memberikan pidato kunci pada forum Interfaith and Intercivilizational Reception di Ballroom Hotel Pullman Central Park, Jakarta pada Rabu (10/7/2024) yang digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Grand Syekh Imam Besar Al-Azhar Ahmed El Tayeb menyampaikan keprihatinan terhadap krisis yang menimpa rakyat Palestina kibat perang dengan Israel. Hal tersebut disampaikannya saat menjadi pembicara kunci pada Interfaith and Intercivilizational Reception for Grand Imam of Al-Azhar Syekh Ahmed El Tayeb di Ballroom Hotel Pullman Central Park, Jakarta pada Rabu (10/7/2024) yang digelar PBNU.


"Dunia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Kita sebagai umat Islam menyaksikan hegemoni kekuatan digunakan secara brutal untuk memaksakan kehendak kepada orang lain," kata Syekh Ahmed El Tayeb.


Syekh El Tayeb juga mengungkapkan hegemoni kekuatan yang dimiliki oleh sekelompok pihak dan digunakan untuk menindas umat lain merupakan hal yang tidak pantas.


"Kekuatan yang dipergunakan dengan tidak pantas tanpa mengindahkan nilai kemanusiaan dan persaudaraan. Inilah perbedaan kekuatan yang baik dan kekuatan zalim," tegas Syekh El Tayeb.


Menurut Grand Syekh, kebencian terhadap penindasan umat Palestina saat ini bukan hanya di kalangan timur, tetapi juga masyarakat barat.


Belakangan ini selalu terlihat para pemuda dan mahasiswa di Barat aktif menyuarakan dan memperjuangkan keadilan bagi saudara-saudara di Gaza. 


Menurut Syekh El Tayeb nilai-nilai luhur merupakan yang fitrah manusia mendorong timbulnya semangat yang bijaksana dari sekumpulan orang-orang di barat untuk memperjuangkan hak saudara kita di Palestina. 


Syekh juga berpesan untuk tidak menjadikan hegemoni kekuatan untuk menindas yang kita saksikan saat ini sebagai sebuah peradaban.


"Saya berharap, saya tidak berlebihan jika mengatakan kita umat beragama di timur tidak melihat hegemoni kekuatan ini sebagai peradaban ideal yang bisa dijadikan pedoman bagi umat manusia sebagaimana yang digaungkan para tokoh-tokoh penyeru globalisme," tuturnya.


Kecemasan dan hilangnya rasa aman terhadap bangsa barat yang menghinggapi bangsa timur menjadi sebuah pandangan yang juga perlu direkonstruksi.


"Bagi bangsa timur kita harus melihat ada ikatan-ikatan yang bisa mempersatukan kita dengan barat, dan untuk peradaban barat mulai mengadopsi nilai-nilai luhur persaudaraan dari bangsa timur. Inilah pandangan optimistik untuk melihat peradaban barat yang berkemanusiaan," pungkas Syekh El Tayeb


Salah satu upaya tersebut sudah dilakukan dengan penandatanganan Dokumen Persaudaraan Manusia oleh Gramd Syekh Ahmed El Tayeb dan Paus Fransiskus pada 4 Februari 2019. Sebagai informasi, PBB kemudian menetapkan 4 Februari sebagai Hari Persaudaraan Manusia Internasional.