Wawancara

Ikhtiar Membentuk Generasi Qur'ani

Rab, 18 Juli 2018 | 14:30 WIB

Karawang, NU Online
Keberadaan teknologi kian hari semakin canggih. Ia tak lagi dapat dibendung. Hal ini banyak memengaruhi masyarakat saat ini, baik itu mengarah ke hal positif atau bahkan, naudzubillah, menjerumuskan ke hal negatif.
 
Kecanggihan teknologi itu dimanfaatkan betul oleh KH Fadhlan Zainuddin untuk membentuk generasi qurani. Enam putra-putrinya itu ia bentuk menjadi anak yang cinta Al-Qur'an. Mereka semua menjadi qari-qariah, termasuk putra bungsunya yang baru berusia 10 tahun.
 
Kontributor NU Online Syakir NF berkesempatan berbincang dengan qari asal Sumatera Utara itu di sela-sela kesibukannya menjadi salah satu dewan hakim pada Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) Internasional kedua yang diselenggarakan oleh Jam'iyyatul Qurra wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU) di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah 3, Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, pada Rabu (18/7).
 

Apa yang Kiai lakukan dalam membentuk putra-putri Kiai menjadi qari?

Pertama sekali dengan niat apa yang ada sama kita. Yang baik itu harus kita tularkan ke dzuriyat (anak cucu/keturunan) kita dalam hal pembinaan quran bagi keluarga dan kanak-kanak yang berada di lingkungan keluarga kita. Ya, berawal dari niat itu dan membiasakan apa yang baik itu di hadapan mereka. Walaupun mereka pada waktu-waktu pertama itu belum bisa mengikuti, namun kita terus membuatkan, menirukan bacaan-bacaan Quran itu, sehingga (ketika) dia besar, kenangan-kenangan kita setiap hari itu dia terikut.
 
Kemudian ketika kita mengajar. Ya mungkin kalau kita mengajar langsung kepada anak-anak di rumah, mereka manja. Mereka mungkin tidak bisa serius dalam belajar. Tapi kita membawanya ke tempat mengajar. Kita mengajar di majelis qiraat di luar rumah di madrasah, di masjid, anak-anak kita bawa untuk melihat orang-orang yang belajar sama kita. Secara tidak disadari, mereka sendiri malah ikut dalam kumpulan-kumpulan para pelajar itu.
 
Jadi akhirnya, kalau dalam situasi mengajar di rumah, mereka segan bermanja-manja sama kita, sehingga mereka serius untuk mengikuti pembinaan-pembinaan di luar rumah. Akhirnya ketika berada di rumah, apa-apa yang tadinya kita setiap hari lakukan dan kita ajarkan di luar rumah, mereka akhirnya mengikut dan menirukan apa yang kita lakukan. Itulah dalam hal tilawah Al-Qur'an yang sebenarnya tidak secara langsung kita aplikasikan kepada mereka. Namun, ada hal-hal perantara yang menjadi sebab seperti yang ada di dunia maya, di Youtube, Instagram.
 
Sejak usia berapa Kiai mengajarkan putra-putri bertilawah?

Sejak dia lepas dari ibunya. Kalau dia sama ibunya biasanya usia-usia masih dipangku, disusui. Artinya, Sejak usia tiga tahun sudah bisa kita bawa, berlepas dari ibunya. Namun ketika mereka dalam pangkuan ibunya, lantunan yang ada dalam rekaman, baik di televisi ataupun di CD (compact disk) ataupun di handphone itu selalu diputar oleh ibunya juga. Jadi, akhirnya kita mengajar via kita sendiri. Ibunya mengajar via (alat) elektronik.
 
Anak-anak gemar bermain. Bagaimana Kiai menghadapi anak agar tetap bertilawah?

Kita memahami bahwa dunia kanak-kanak itu dunia bermain. Yang saya lakukan tidak langsung mencegahnya untuk bermain. Biarkan dia bermain, tapi tetap kita suarakan suara-suara Al-Qur'an di sela-sela permainannya itu, baik diputar melalui elektronik atau kita membaca sendiri. Jadi kita pun tidak bisa mencegah bermain karena memang dunia mereka dunia bermain. Jadi secara tidak langsung dalam permainannya itu suara-suara Al-Qur'an tetap didengar oleh mereka.
 
Apakah Kiai punya waktu khusus untuk melatih mereka?

Biasa kita lakukan itu pagi atau ketika selesai shalat Maghrib. Antara maghrib dengan isya waktunya untuk membaca Al-Qur'an dan mereka ikut dalam bacaan-bacaan Al-Quran.
 
Bagaimana tahapan Kiai mengajari mereka bertilawah?

Pertama, membiasakan dia mengikuti secara murottal. Setelah dia bisa mengikuti secara murattal, baru kita tirukan dengan tilawah yang mempunyai nagham yang lebih baik lagi. Begitu.
 
Apa pesan Kiai untuk masyarakat yang ingin dapat membentuk generasi yang gemar membaca Al-Qur'an?

Apa yang saya lakukan ini adalah salah satu yang mungkin bisa ditiru orang lain. Saya sendiri meniru apa yang dilakukan sahabat-sahabat yang selama ini selalu membagi teknik pembinaan generasi muda kepada saya, seperti dari Iran, Malaysia, dari berbagai macam negara yang membina anak-anak.
 
Marilah kita bersama mengiringi usia anak itu dengan pembinaan-pembinaan AL_Qur'an. Ktia tidak harus terpaku dengan pembinaan secara langsung, tetapi kita bisa membina secara media elektronik, via dunia maya. Akhirnya secara tidak langsung, kehidupan generasi muda yang ke manapun apakah dia bergerak, bermain, bersekolah, kita berhak iringi dia dengan lantunan Al-Qur'an.