Nasional NU PEDULI LOMBOK

Tim NU Kembali Salurkan Bantuan untuk Pengungsi Lombok Utara

Sab, 25 Agustus 2018 | 22:30 WIB

Tim NU Kembali Salurkan Bantuan untuk Pengungsi Lombok Utara

Mushala Madrasah Nurul Jidad rusak akibat gempa

Mataram, NU Online
Memasuki peralihan dari masa tanggap darurat ke masa pemulihan pascagempa bumi Lombok, Sabtu (25/8), Tim NU Peduli masih terus melakukan penyaluran bantuan kepada warga terdampak.

Salah satu penyaluran dilakukan di Madrasah Nurul Jihad, Dusun Sambijengkel Barat, Desa Selengan, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara.

Ustadz Mahrip, kepala Madrasah Nurul Jihad mengatakan sekolah tersebut saat ini memiliki 84 siswa MI dan 90 siswa MTs. Proses kegiatan belajar seadaanya saat ini dilakukan di tenda yang didirikan di lapangan dusun. 

Akibat gempa, dua belas ruang kelas, mushala, kantin, kantor, bahkan rumah pengurus dalam kondisi rusak parah. Madrasah memerlukan tenda pleton untuk menambah fasilitas belajar. 

Orang tua para siswa hidup sebagai petani dan buruh. Warga di lingkungan madrasah mengalami kesulitan mendapatkan air baik untuk keperluan mandi dan minum maupun mengaliri lahan pertanian.

“Saluran irigasi yang mengaliri lahan-lahan terputus karena longsor dan tertimbun tanah,” kata Ustadz Mahrip. 

Sementara untuk mandi dan cuci warga harus membeli air dengan harga seratus lima puluh ribu rupiah per tangki. 

Titik penyaluran berikutnya adalah Pesantren Bayyinul Ulum, Santong, Lombok Utara. Pesantren ini asuhan Katib Syuriyah PCNU Lombok Utara, Tuan Guru Haji Sukarman. Bangunan pesantren yang rusak parah menyebabkan kegiatan belajar mengajar belum bisa dilakukan. Kegiatan shalat dan pengajian sementara dilakuan di masjid darurat.

Pesantren juga memerlukan tenda pleton untuk pengungsian. Di pesantren ini pada hari yang sama juga diadakan layanan kesehatan oleh Tim Kesehatan NU Peduli dengan melibatkan dua orang dokter.

Penyaluran di kedua titik ini Tim NU Peduli didukung Bagana Kendal dan Kudus. Bagana juga mengagendakan membantu tahap evakuasi bangunan pesantren yang rusak, sehingga mereka mulai bermalam di pesantren ini. (Kendi Setiawan)