Nasional

Syarat Mudah Jadi Ahli Tafsir Al-Qur’an Menurut Gus Baha

Rab, 3 Mei 2023 | 14:00 WIB

Syarat Mudah Jadi Ahli Tafsir Al-Qur’an Menurut Gus Baha

Gus Baha sedang mengisi pengajian. (Foto: Dok. istimewa)

Jakarta, NU Online

Pakar tafsir Al-Qur’an KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menjelaskan untuk menjadi ahli tafsir Al-Qur’an harus memenuhi beberapa syarat wajib yang tidak bisa ditinggalkan.


Menurutnya, syarat tersebut yaitu harus hafal Al-Qur’an 30 juz, hafal banyak hadits, dan mengerti ilmu Al-Qur’an. Lebih baik lagi hafal kitab yang menjelaskan ulumul Qur’an.


“Ketika manusia masih banyak maka kalau sampean tanya saya, gimana caranya menjadi ahli tafsir? Saya jawab, mudah. Syaratnya harus hafal Al-Qur’an, hafal hadits, hafal ulumul Qur’an,” jelas Gus Baha saat ngisi acara di Pesantren Kwagean, Kediri seperti dikutip dari akun Youtube Pondok Pesantren Kwagean, Rabu (3/5/2023).


Gus Baha menambahkan, maksud hafal kitab yang jelaskan Ulumul Qur’an yaitu hafal seperti kitab Faidhul Khabir dan minimal paham kitab Itqon fii Ulumil Qur’an, kalau bisa isi kitab Itqon setengah hafal. “Karena kitab tafsir itu gampang dipahami, seperti kitab kaidah fikih. Ada tema-tema,” imbuh Gus Baha.


Gus Baha berkelakar, jika syarat menjadi ahli tafsir yang ia sebutkan sebelumnya dirasa berat, maka cara mudah menjadi ahli tafsir Al-Qur’an yaitu menunggu semua manusia wafat.


Ketika semua wafat, yang hidup hanya seorang, maka untuk jadi ahli tafsir Al-Qur’an tidak harus hafal kitab suci dan memahami ilmu Al-Qur’an.


“Syarat jadi ahli tafsir Qur'an ya hafal Quran, kalau tidak ya menunggu orang meninggal dunia semua, baru Anda jadi ahli tafsir. Karena tidak ada musuhnya,” kelakar Gus Baha.


Secara garis besar, Gus Baha menjelaskan bahwa memahami Al-Qur’an bukan hal yang sulit. Dikarenakan Al-Qur’an bisa dipahami oleh siapa pun dengan latar belakang apapun. 


Imam Syafi’i dalam kitab Ar-Risalah pernah menjelaskan bahwa ketika Al-Qur’an diturunkan sasaran pendengarnya yaitu orang nonmuslim. Sehingga tak mengherankan Umar bin Khattab masuk Islam setelah mendengarkan adiknya membaca Al-Qur’an.


Hal ini sesuai dengan firman Allah di At-Taubah Ayat 6:


وَإِنْ أَحَدٌ مِّنَ ٱلْمُشْرِكِينَ ٱسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّىٰ يَسْمَعَ كَلَٰمَ ٱللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُۥ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْلَمُونَ


Wain aḥadum minal-musyrikīnastajāraka fa ajir-hu ḥattā yasma'a kalāmallāhi ṡumma ablig-hu ma`manah, żālika bi`annahum qaumul lā ya'lamụn


Artinya: "Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui."


“Memahami Al-Qur’an juga mudah, orang kafir juga bisa memahami Al-Qur’an. Firman Allah: Hatta Yas ma’a kalamullah. Umar masuk Islam setelah mendengar adiknya baca surat Thoha,” tegas Gus Baha.


Kontributor: Syarif Abdurrahman

Editor: Fathoni Ahmad