Nasional

Soal Tata Cara Sandiaga Uno Ziarah, Cucu Kiai Bisri Harap Masyarakat Memaafkan

Rab, 14 November 2018 | 11:30 WIB

Soal Tata Cara Sandiaga Uno Ziarah, Cucu Kiai Bisri Harap Masyarakat Memaafkan

KH Abdussalam Sohib (swamedium.com)

Jakarta, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Manbaul Ma'arif Denanyar, Jombang, Jawa Timur, yang juga cucu KH Bisri Syansuri, KH Abdussalam Sohib (Gus Salam) mengatakan tata cara Sandiaga Uno menziarahi makam KH Bisri Syansuri sebagai hal yang tidak pantas dan menyalahi etika dalam berziarah.

“Prinsipnya sebagai Nahldiyin, tindakan Pak Sandi adalah hal yang tidak pantas dan menyalahi etika berziarah. Tentu dari sisi itu menyesalkan,” kata Gus Salam dihubungi dari Jakarta, Rabu (14/11) sore.

Namun demikian, setelah beberapa hari peristiwa tersebut hari menjadi komoditas publik, kontroversi dan kemudian Sandiaga meminta maaf, Gus Sohib menilai tidak ada alasan untuk tidak memaafkan.

“Pak Sandi meminta maaf melalui media. Ini sebuah sikap yang ksatria dan baik karena mengakui kesalahan dan mohon maaf. Saya secara pribadi maupun keluarga Kiai Bisri Syansuri, sebagai anak bangsa dan sesama Muslim tentu memaafkan,” lanjutnya.

Selain itu, kesediaan memaafkan juga diharapkan tumbuh dari warga NU lainnya. Hal itu karena KH Bisri Syansuri bukan hanya milik keluarga, namun juga milik warga NU di mana banyak santri Kiai Bisri yang tersebar di berbagai daerah.

“Banyak santri dan warga NU yang sempat menyesalkan dan tersinggung juga harus memaafkan. Pak Sandi juga sudah meminta maaf, tidak ada alasan untuk tidak memaafkan,” tegasnya lagi.

Kesalahan yang dilakukan Sandi, kata Gus Salam, hendaknya dapat diambil pelajaran dari sisi apa pun agar ke depan tidak terulang. “Ada sebuah ungkapan bahwa seorang Muslim yang cerdas tidak akan terjebak pada lubang (kesalahan) yang sama,” ungkapnya.

Sebelumnya ramai diberitakan, Sandiaga Uno menziarahi makam Kiai Bisri Syansuri pada 22 Oktober 2018. Tata cara Sandi berziarah menjadi perbincangan, berawal dari beredarnya video yang menampilkan kegiatan Sandiaga Uno. Dalam video berdurasi 15 detik Sandiaga menziarahi makam Kiai Bisri dan menaburkan bunga. Pada salah satu adegan, Sandi tampak melangkahi makam Kiai Bisri. Padahal, banyak umat Islam berprinsip bahwa salah satu tata cara atau etika berziarah makam, adalah larangan melangkahi makam.

Sementara itu, berdasarkan data NU Online, KH Bisri Syansuri merupakan salah satu pendiri NU. Kiai Bisri lahir pada tanggal 28 Dzulhijjah 1304 Hjriah atau 18 September 1886. Dia lahir di Tayu, sebuah ibu kota kecamatan yang letaknya 100 kilometer arah timur laut Semarang, di Jawa Tengah. 

(Baca: Kiai Bisri Syansuri Menuntut Ilmu)
(Baca:KH Bisri Syansuri, Uama Barisan Fiqih Indonesia)

Selain di Rembang, KH Bisri Syansuri melanjutkan pendidikan di Pesantren Demangan Bangkalan. Ia berguru pada KH Kholil, seorang ulama besar, guru dari semua kiai yang ada di Jawa pada masanya. KH Kholil dikenal sebagai wali Allah karena ia mempunyai keistimewaan yang bersifat supranatural. Ia dianggap kiai yang dapat menguasai antara fiqih dan tarekat (fiqih dan tasawuf). Karena itulah KH Bisri tertarik belajar kepadanya. 

Selain berguru ilmu agama kepada KH Kholil Bangkalan, ia juga bertemu dengan KH Wahab Hasbullah, seorang santri asal Tambak Beras Jombang yang kemudian menjadi teman karib dalam menyebarkan agama Islam baik melalui partai maupun lembaga keagamaan. Selain menjadi teman karib dalam perjuangan ia juga menjadi kakak ipar, karena KH Bisri Syansuri dinikahkan dengan adik perempuan KH Wahab Hasbullah.

Selain itu, KH Bisri Syansuri juga berguru kepada KH Hasyim Asy’ari di Tebuireng Jombang pada tahun 1906. Kemudian ia pun pindah ke Pondok Pesantren Tebuireng dari Bangkalan atas ajakan teman karibnya, KH Wahab Hasbullah. 

Di Pondok Tebuireng selama enam tahun, ia belajar tentang fiqih, tauhid, tafsir, hadits dan lain-lain. Lamanya di tempat itu menjadikan hubungan antara murid dan guru semakin erat. Hubungan antara dia dengan Wahab Hasbullah semakin erat karena telah lama menemaninya, sejak sama-sama berada di Bangkalan.

Di Pondok Pesantren Tebuireng dia juga belajar bersama santri lain, seperti Abd Manaf dari Kediri, As’ad dari Situbondo, Ahmad Baidowi dari Banyumas, Abd Karim dari Gresik, Nahrowi dari Malang, Abbas dari Jember, Ma’shum dari Maskumambang Sedayu.

Santri-santri Pesantren Tebuireng seangkatan KH Bisri Syansuri menjadi kiai-kiai yang tangguh dalam ilmu fiqih dan menjadi rujukan dalam mengambil keputusan hukum fiqih. Mereka hampir seluruhnya mempunyai pesantren di Pulau Jawa dan termasuk generasi paling baik yang dididik Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari di Tebuireng selama hampir setengah abad lamanya. (Kendi Setiawan)