Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menjelaskan tentang perkembangan label kepada orang yang dianggap santri. Menurutnya, dulu, santri merupakan label pembatas antara yang taat melaksanakan Islam dan yang tidak taat.
“Maka santri itu simbol dari kelompok umat Islam dan taat menjalankan syariat ibadah,” kata Kiai Said pada acara peluncuran dan konferensi pers Hari Santri 2017 di lantai 8 Gedung PBNU, Jakarta Pusat (10/8).
Ia mengatakan, orang yang beragama Islam, tapi belum taat menjalankannya biasanya disebut abangan. Oleh karena itu kata Gus Dur, yang abangan ini sudah La ilaha Illallah, belum Muhammadur Rasulullah, katanya.
Maka, menurutnya, santri adalah kelompok umat Islam yang memahami, mengkaji, dan mengamalkan ajaran Islam. Siapapun dan dari manapun; baik lintas-ras, etnik maupun budaya.
Sementara sekarang, katanya, santri tidak hanya label bagi yang keluaran pesantren. Menurutnya, walaupun bukan alumni pesantren tapi beragama Islam, taat menjalankan perintah agama dan hormat kepada kiai, itu sudah dikatakan santri.
“Ada yang lulusan SD, SMP, SMA, universiatas UI atau Gajah Mada, UNPAD, tapi hormat kepada kiai dan dia menjalankan perintah agama, ibadah, itu sudah kita panggil santri,” jelas pria kelahiran Cirebon, Jawa Barat ini.
Tampak hadir pada acara yang bertemakan Santri Mandiri, NKRI Hebat ini, Rais Aam PBNU KH Ma’ruf Amin, Waketum PBNU Mochammad Maksum Machfoedz, dan tamu undangan dari Kementerian Dalam Negeri dan Polri. (Husni Sahal/Alhafiz K)
Terpopuler
1
Istikmal, LF PBNU Ikhbarkan 1 Muharram 1446 Jatuh pada Senin 8 Juli 2024
2
Hukum Meminta Bantuan Jin dalam Pandangan Islam
3
Hilal Muharram 1446 Tak Terlihat dari UIN Walisongo Semarang karena Mendung Tebal
4
Kisah Nabi Muhammad saat Diganggu Jin
5
PBNU Dorong Konten Moderat Terus Warnai Masjid Perkotaan
6
Di Sinilah Tempat Tinggal Jin dan Setan menurut Literatur Islam
Terkini
Lihat Semua