Nasional

Kisah Seorang Jurnalis 15 Tahun Belum Minta Maaf ke Gus Dur

Kam, 22 Desember 2016 | 20:07 WIB

Kudus, NU Online
Membincang sosok KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), memang seakan tak ada habisnya. Ada saja hal-hal menarik dan kontroversial yang bisa dikemukakan dari Presiden Ke-4 RI itu.

Salah satunya dikemukakan jurnalis senior, Yusuf Mars. Ini adalah pengalaman dia sekitar 15 tahun lalu, semasa dia masih menjadi jurnalis (wartawan) kampus di Surat Kabar Mahasiswa (SKM) AMANAT IAIN Walisongo Semarang.

Waktu itu, dia waktu ditugaskan melakukan wawancara kepada Gus Dur ke PBNU. Dengan suka cita ia datang ke Jakarta. “Dasar anak kampung, langsung saja saya main nyelonong masuk ke kantor PBNU,” kenangnya.

Setelah masuk, Yusuf Mars yang kini menjadi Pemimpin Redaksi NetOn.id dan dan Channel NetOn.TV ini bilang ke Gus Dur: "Gus, (kami) dari SKM AMANAT IAIN Walisongo Semarang, hendak wawancara, apakah berkenan?"

"Ooh, besok saja, ya. Kamu telpon lagi".

Besoknya saya menelpon Gus Dur: "Assalamualaikum, Gus. Saya Yusuf, dari SKM AMANAT, bisa wawancara kapan, Gus?" tanya saya sok akrab.

Jawab Gus Dur: "Saya sakit, lagi flu, nggak bisa sekarang".

"Kapan sembuhnya, Gus?" tanya saya.

Suasana santai dan sok akrab, langsung berubah drastis. Gus Dur menjawab: "Kamu itu gimana, anak IAIN apa nggak tahu takdir? Orang sakit ditanya kapan sembuhnya. Sama dengan tanya, kapan saya matinya," ujar Gus Dur.

Atas kejadian itu, saya merasa bersalah, karena belum sempat minta maaf hingga Gus Dur wafat. “Namun rupanya Tuhan masih memberi ampunan dan kesempatan kepada saya. Ketika Gus Dur wafat, alhamdulillah saya salah satu orang yang bisa masuk ke rumah beliau dan ikut menshalati di rumah duka. Saya juga berkesempatan mencium kaki Gus Dur yang terbujur kaku,” terangnya.

Yusuf menambahkan, saat mencium kaki Gus Dur itu, ia berurai air mata sembil membatin: "Maafkan atas kelakuan saya 15 tahun lalu, Gus, yang sempat membuat Gus Dur tersinggung dan marah”.

Dia yang sekarang menjadi bos NetOn.id dan dan Channel NetOn.TV itu mengaku beruntung, bisa mencium kaki Gus Dur untuk yang terakhir kalinya, kendati untuk itu, dia harus akal-akalan dan mengelabui penjaga rumah Gus Dur.

“Perjuangan saya masuk ke rumah Gus Dur waktu beliau wafat, tidak mudah ternyata. Tetapi para penjaga rumah Gus Dur berhasil saya kelabui. Untuk masuk, saya bilang sebagai staf khusus Presiden dan harus masuk. Entah kenapa, mereka percaya dan menyuruh saya masuk,” kisahnya.

Hingga kini, Yusuf Mars pun tak pernah melupakan kisahnya tentang Gus Dur itu. “Cerita ini begitu membekas dalam diri saya,” katanya. (Rosidi/Fathoni)