Nasional HARI BAHASA IBU

Kang Said: Bangsa Besar Mau Pertahankan Bahasanya

Jum, 21 Februari 2014 | 09:33 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menjelaskan, salah seorang Wali Songo, yaitu Sunan Bonang, berhasil mensinkronkan antara bahasa Arab dalam kitab kuning dengan bahasa ibu santri, misalnya bahasa Jawa.
<>
Kiai yang akrab disapa Kang Said itu mencontohkan, dalam memaknai kitab kuning, santri memiliki rumus khusus dalam bahasa Jawa. Jika kedudukan kalimat itu mutada, maka akan ditandai utawi, khobar itu iku, fail atau naibul fail itu sopo atau opo, maf’ul bih itu ing, dhorof itu ingdalem, tamyiz apane, hal itu hale.

Pada praktiknya, misalnya dalam kalimat alhamdu utawi sedoyo puji. Utawi di situ supaya tahu santri bahwa itu mubtada. Iku lillahi, kagungan allah. Iku di situ supaya tahu bahwa itu khobar.

“Karena bahasa itu menunjukkan bangsa, pesantren adalah cagar budaya, benteng budaya dan sumber budaya,” tegasnya ketika diwawancarai di ruangannya, gedung PBNU, Jakarta, Senin (17/2).

Ia kemudian mengimbau, supaya bangsa Indonesia mempertahankan bahasa ibu masing-masing karena bahasa Indonesia tidak selengkap bahasa ibu. “Bangsa besar adalah bangsa yang bisa mempertahankan jatidirinya, bahasanya, kepribadiannya, wisdomnya, tidak tergilas era apapun, termasuk era globalisasi.”

Hari Bahasa Ibu berasal dari pengakuan internasional terhadap Hari Gerakan Bahasa yang dirayakan di Bangladesh. Tanggal 21 Februari dinyatakan sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional oleh UNESCO pada tanggal 17 November 1999. (Abdullah Alawi)