Nasional

Kaji Fenomena Kebahasaan Ulama Nusantara, Yusni Amru Ghazali Raih Doktor di Unusia

Kam, 13 Juni 2024 | 20:30 WIB

Kaji Fenomena Kebahasaan Ulama Nusantara, Yusni Amru Ghazali Raih Doktor di Unusia

Moh Yusni Amru Ghazali saat melaksanakan sidang terbuka promosi doktor yang digelar di kampus Unusia Jakarta, Rabu (12/6/2024). (Foto: dok. Unusia)

Jakarta, NU Online

M. Yusni Amru Ghazali, Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Nahdlatul Ulama (PPMNU) telah berhasil mempertahankan disertasi doktoralnya yang berjudul Kajian Historis Sinkronis terhadap Fenomena Kebahasaan dalam Kitab Tasawuf Karya Ulama Nusantara Abad Ke-17 (Studi Kitab Jauharul Haqaiq dan Sirrul Asrar) di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia).


"Keberhasilan Yusni dalam meraih gelar Doktor Sejarah Peradaban Islam Nusantara dari Unusia ini menjadi salah satu pencapaian akademis yang membanggakan," ujar salah satu penguji, Fariz Alnizar dalam keterangan tertulisnya, Kamis (13/6/2024).


Disertasi tersebut, lanjutnya, mengeksplorasi aspek kebahasaan dalam dua kitab tasawuf yang terkenal di kalangan ulama Nusantara abad ke-17, yaitu kitab Jauharul Haqaiq dan Sirrul Asrar.


"Melalui kajian historis sinkronis, Yusni berhasil mengungkap kontribusi penting ulama Nusantara dalam perkembangan literatur tasawuf dan kebahasaan Islam," ujar Wakil Rektor Unusia itu.


Dalam sidang terbuka yang digelar di kampus Unusia Jakarta, Rabu (12/6/2024), Yusni berhasil mempertahankan argumen-argumennya di hadapan para penguji. Ia mendapatkan apresiasi atas kedalaman analisis dan metodologi yang digunakan dalam penelitiannya.


Para penguji menjelaskan, Yusni berhasil menghubungkan fenomena kebahasaan dengan konteks sejarah dan budaya pada masa itu, sehingga memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai peradaban Islam Nusantara. Penelitian ini juga memperkaya khazanah ilmu pengetahuan di bidang sejarah peradaban Islam Nusantara.


 

Moh. Yusni Amru Ghazali. (Foto: dok. Unusia)
 

Yusni berharap penelitiannya dapat menjadi referensi penting bagi para akademisi, santri, dan peneliti yang tertarik dalam studi tasawuf dan sejarah kebudayaan Islam di Nusantara.


“Bagi saya, kajian ini merupakan komitmen keilmuan yang akan terus saya kembangkan agar berkontribusi dalam dunia pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia, khususnya dalam bidang sejarah dan peradaban Islam,” ungkap Yusni.


Sebagai pengasuh PPMNU, Yusni juga berencana untuk mengintegrasikan temuan-temuan dalam disertasinya ke dalam kurikulum pesantren, guna memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada para santri mengenai warisan intelektual ulama Nusantara.