Nasional

Gus Yahya Sebut Butuh Strategi Tepat untuk Capai Target Bebas Karbon pada 2050

Kam, 6 Juni 2024 | 18:15 WIB

Gus Yahya Sebut Butuh Strategi Tepat untuk Capai Target Bebas Karbon pada 2050

Ketum PBNU Gus Yahya dalam konferensi pers di Lobi Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, pada Kamis (6/6/2024). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyoroti pentingnya strategi yang matang dan adil dalam mencapai target iklim bebas karbon Indonesia pada tahun 2050.


Gus Yahya menekankan bahwa visi tersebut memerlukan perencanaan yang realistis dan berkelanjutan, mengingat banyak masyarakat yang masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil.


"Visi (bebas karbon pada 2050) adalah langkah ke depan yang harus dibangun dengan strategi yang tepat," ujar Gus Yahya dalam konferensi pers di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat pada Kamis (6/6/2024).


"Realitasnya, banyak masyarakat yang masih membutuhkan bahan bakar fosil karena itu lebih murah dan mudah didapat. Tidak bisa serta-merta diterapkan sebagai kebijakan tanpa mempertimbangkan kebutuhan riil masyarakat," tambahnya.
 

Gus Yahya juga menyoroti pentingnya transformasi teknologi dalam pemanfaatan energi. Ia menegaskan, Indonesia harus menguasai teknologi energi bersih dan tidak boleh bergantung pada teknologi dari negara lain.


"Untuk transformasi pemanfaatan energi, kita membutuhkan transformasi teknologi. Maka harus ada strategi supaya kita ikut menguasai teknologinya. Jangan nanti kita tidak boleh pakai bahan bakar fosil tapi kita bergantung pada teknologi negara lain," jabarnya.


"Kita harus tetap merdeka. Kita harus kuasai juga teknologinya, jangan bergantung pada teknologi orang," imbuh Gus Yahya.


Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu juga mengingatkan, meskipun kampanye untuk penggunaan energi listrik sebagai pengganti bahan bakar fosil sedang digencarkan, tetapi infrastruktur yang ada masih belum memadai.
 

"Kita juga ikut mengampanyekan penggunaan energi listrik sebagai pengganti BBM. Tapi, nyatanya mobil listrik tidak bisa dipakai dari Jakarta ke Surabaya," ujar Gus Yahya.


Ia menekankan bahwa proses menuju target bebas karbon harus dilakukan secara bertahap dan adil.


"Ini hal-hal yang membutuhkan pemecahan jangka panjang harus ada strategi yang deliberate dan adil. Tidak boleh tidak adil," pungkas Gus Yahya.