Nasional

Gus Mus Jelaskan Alasan Manusia Terjebak Kejahatan Korupsi

Ahad, 19 Mei 2024 | 16:00 WIB

Gus Mus Jelaskan Alasan Manusia Terjebak Kejahatan Korupsi

Gus Mus saat mengisi Ngaji NgAllah Suluk Maleman, Sabtu (18/5/2024) malam. (Foto: dok. Suluk Maleman)

Pati, NU Online

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus menyebut bahwa perilaku korup hanya dilakukan oleh orang-orang yang lemah. Koruptor dinilai tak dapat menjaga muruah atau kehormatan dirinya sebagai manusia. Hal itu diungkapkan Gus Mus saat mengisi Ngaji NgAllah Suluk Maleman, Sabtu (18/5/2024) malam.


Gus Mus mengutip sebuah hadits yang menegaskan Allah lebih mencintai mukmin yang kuat. Kuat di sini bukan hanya secara jasmani, tapi juga secara ruhani.


"Kalau dirunut akhlak atau budi pekerti mulia itu sumbernya pasti dari kekuatan. Sebaliknya segala sesuatu yang buruk senantiasa berasal dari kelemahan," tegas Gus Mus.


Gus Mus menyebut perilaku korup berawal dari sikap lemah pada dunia. Bahkan sekaya apapun jika masih lemah tentu ingin mendapatkan yang lebih lagi.


"Membayangkan anaknya lapar saja tidak kuat. Akhirnya mempersetankan norma, rakyat, bahkan dari mana asal harta tersebut. Berbeda dengan orang yang loman (dermawan) yang tidak pernah takut melarat saat bersedekah," tutur Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah.


Gus Mus lantas menceritakan tentang doa Kanjeng Nabi yang memilih miskin. Dalam doanya Kanjeng Nabi memohon hidup miskin, mati dalam keadaan miskin dan dibangkitkan bersama orang-orang miskin. Padahal Nabi bisa saja memilih untuk kaya.


"Kanjeng Nabi itu bisa memilih karena beliau kuat hidup dalam dua situasi tersebut. Kuat saat kaya, kuat juga saat miskin. Beda dengan kita yang tidak bisa memilih, karena kenyataannya tidak kuat ketika kaya, tapi miskin juga karena terpaksa," sambung Gus Mus.


Gus Mus menyebut bahwa salah satu cara agar bisa menjadi kuat adalah dengan riyadhoh. Riyadhoh dalam pengertian aslinya bukan hanya mengolah jiwa, tapi juga bisa bermakna mengolah raga. "Kanjeng Nabi mengajari keduanya. Kuat secara jasmani dan rohani," ucap Gus Mus.


Dan hanya orang yang kuat saja yang mampu istiqomah, karena mereka yang lemah tak mungkin melakukan sesuatu secara istiqomah.


Gus Mus bercerita tentang bagaimana kuatnya Nabi Muhammad saat kali pertama harus seorang diri berjuang menghadapi masa jahiliyah. "Sekarang ini sudah banyak kawan saja masih maju mundur untuk berjuang," ujarnya.


Dalam Al Qur'an, lanjut Gus Mus, dijelaskan bahwa dunia diciptakan untuk manusia. Namun karena tidak kuat dengan pemberian kuasa tersebut, justru manusialah yang dikuasai dunia. "Kalau sudah kalah dengan dunia maka akan kehilangan muruah," tegas Gus Mus.


Sementara itu Anis Sholeh Baasyin, penggagas Suluk Maleman, menimpali pemaparan Gus Mus dengan menceritakan dawuh dari Mbah Dullah Salam (Allahyarham KH Abdullah Salam dari Kajen, Pati)


"Mbah Dullah Salam pernah dawuh; sebagai mahluk yang paling unggul, mengapa manusia bangga bila bisa terbang, padahal itu bisa dilakukan oleh burung? Untuk apa bangga  bila bisa berjalan di atas air, padahal itu bisa dilakukan oleh ular? Untuk apa bangga bila bisa kebal, padahal itu bisa dilakukan oleh batu? Bukankah kedudukan manusia lebih tinggi dari batu, ular atau burung? Bukankah dengan itu semua, manusia justru sedang merendahkan kehormatannya sebagai manusia?" ujarnya.


KH Ahmad Nawawi Kholil dari Rembang memiliki pandangan lain dalam menjaga muruah. Menurutnya, dalam setiap nama yang diberikan orang tua, tentu tersimpan doa sekaligus kehormatan dari orang tua.


"Setiap nama pasti punya makna. Maka secara tidak langsung kita harus menjaga kehormatan nama tersebut dengan tidak melakukan tindakan-tindakan yang bisa mencederainya," demikian jelasnya.


Jalannya ngaji budaya Suluk Maleman edisi ke-149 itu juga spesial dengan pembacaan cerita pendek dari sastrawan Budi Maryono dari Semarang. Dengan sangat baik Budi membaca cerita pendek berjudul Lambang, yang berkisah tentang ketersinggungan dan kemarahan para tikus yang dijadikan lambang koruptor oleh manusia.


Sampak GusUran juga tak ketinggalan ikut tampil membersamai ribuan orang yang hadir di Rumah Adab Indonesia Mulia atau secara daring melalui berbagai kanal media sosial Suluk Maleman.