Nasional

Alasan Paus Ingin Berkunjung ke Masjid Istiqlal: Ada Terowongan ke Gereja Katedral

Sab, 1 Juni 2024 | 16:00 WIB

Alasan Paus Ingin Berkunjung ke Masjid Istiqlal: Ada Terowongan ke Gereja Katedral

Prof Nasaruddin Umar saat menyampaikan sambutan, dalam diskusi bertajuk ‘Peran Kita dalam Mendukung Palestina,’ di aula Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu (1/6/2024). (Foto:NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Prof Nasaruddin Umar mengungkapkan alasan Uskup Roma Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik seluruh dunia ingin berkunjung ke Masjid Istiqlal, Jakarta.


"Insyaallah tanggal 3 sampai tanggal 6 (2024) Paus akan berkunjung di tempat kita, di sini ini. Di antara sekian negara, masjid, bahkan rumah ibadah yang lain, non-gereja, tidak pernah ada yang dikunjungi oleh Paus, baru kali ini akan berkunjung," kata Prof Nasar, dalam Diskusi bertajuk ‘Peran Kita dalam Mendukung Palestina,’ di aula Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu (1/6/2024).


Kiai yang juga menjadi penasihat atau Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu pun mengungkap salah satu alasan yang membuat Paus tertarik berkunjung ke masjid yang didirikan di era Presiden Soekarno itu.


“Salah satu hal yang menarik bagi Paus adalah adanya pembangunan the tolerance tunnel: terowongan yang menghubungkan Istiqlal dengan Katedral,” ungkap Prof Nasar.


Menurut tokoh asal Bone, Sulawesi Selatan, itu, terowongan yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katederal ini merupakan yang pertama di dunia.


Pihak Masjid Istiqlal, imbuhnya, sudah menyelesaikan beberapa persiapan-persiapan dalam rangka menyambut kedatangan Paus.


Prof Nasar juga mengungkapkan bahwa seminggu sebelum lebaran, ia diundang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di sana pihaknya diberi apresiasi sebagai Ambassador Mosque. “Dan kami dilibatkan di tiga acara United Nation, ada di Amerika Latin, Afrika dan Bali (Indonesia).


Selain itu, pihaknya juga mendapat apresiasi dari Departemen Luar Negeri AS. “Kata teman-teman di situ: Tidak ada tamu dari Indonesia diundang tiga hari berturut-turut di Stete Departement selain Anda,” cerita Prof Nasar. 


Dalam kesempatan itu, mereka bertanya: Apa yang dilakukan Istiqlal untuk bisa menciptakan suatu moderasi Muslim yang sangat efektif? Kenapa di Indonesia tidak terjadi gerakan anti semitisme, seperti halnya di tempat-tempat mayoritas Muslim yang lain? Apa yang akan diperankan Indonesia, termasuk dari Istiqlal?


Sebelumnya, Prof Nasar mengungkapkan bahwa sangat relevan jika Masjid Istiqlal bekerja sama dengan Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) menggelar diskusi tentang Palestina adalah dalam rangka ikut mencari solusi atas persoalan dunia. Menurutnya, banyak persoalan yang dapat dipecahkan dengan pendekatan religious diplomacy.


"Kita bisa mencari pintu lain di samping pintu-pintu yang tersedia yang lain," ujar Prof Nasar, seraya mengutip Al-Quran Surat Yusuf ayat 67. Ia menambahkan, sangat tidak masuk akal ketika sama-sama dari ‘keluarga Ibrahim’ tetapi berdarah-darah satu sama lain.


Sementera itu, Ketua Yayasan Dakwah Lentera Hati Indonesia PSQ Ahmad Fikri Assegaf dalam sambutannya mengatakan bahwa di banyak negara kini sedang ramai memperbincangkan hak-hak kemanusiaan Palestina. Tak terkecuali di Indonesia, di mana masyarakat memiliki perhatian cukup besar terhadap persoalan palestina. “Kita ingin ikut turun, ikut melakukan sesuatu, paling tidak, sedikit menyumbang apa yang bisa kita lakukan,” ujarnya.


Adapun narasumber dalam diskusi tersebut adalah Prof Quraish Shihab, Ulil Abshar Abdalla, Savic Ali, Abdul Kadir Jaelani, Farid F. Saeong, Habib Husen Ja’far Al-Haddar, Kalis Mardiasih dan Adrian Perkasa. Dipandu oleh Najeela Shihab, diskusi ini berlangsung sekitar dua setengah jam.