Nasional

6 Tokoh Lintas Iman Ini Ungkap Jiwa Sederhana dan Semesta Gus Dur

Kam, 29 Desember 2016 | 15:01 WIB

Bandung, NU Online
Sejumlah 6 tokoh agama kota Bandung menyampaikan orasi kebangsaan lintas agama pada acara dalam rangka Haul Gus Dur ke-7 yang digelar oleh Pengurus Cabang PMII kota Bandung, Rabu (28/12) kemarin, di halaman gedung PCNU setempat.

Jopie Rattuseorang Pendeta Kristen mengungkapkan Gus Dur orangnya sederhana. Kata “sederhana” kelihatannya cuma singkat, tapi kata sederhana punya makna yang dalam. “Apa yang beliau sampaikan mengena pada hati saya,” ungkapnya dihadapan puluhan mahasiswa yang hadir dalam Haul itu.

Menurut pendeta Jopie, Gus Dur adalah pembela minoritas, apalagi minoritas yang tertindas. Pemikiran Gus Dur yang visioner dapat menyelesaikan persoalan yang terjadi saat ini.Jadi ada pemikiran Gus Dur itu seharusnya menjadi format bagi orang-orang yang memimpin di negeri ini.

“Dia orang yang berani mempertaruhkan dirinya untuk bangsa. Hari ini kita memperingatinya untuk merenung, bisakah menjalankan prinsip apa yang disampaikan beliau?Negeri ini membutuhkan generasi-generasi yang sama seperti apa yang Gus Dur sampaikan,” ujarnya.

Sementara Eko Supeno pemuka Buddha mengajak untuk membudayakan dan melestasrikan pemikiran Gus Dur, sebagaimana dalam kitab Suci agama Buddha di bab 1 dan ayat 1 yakni tentang pentinya pikiran itu sebagai pelopor, pemimpin, dan pembentuk dalam kehidupan. 

“Harus kita lestarikan adalah pemikiran Gus Dur yang hebat dan cemerlang untuk kebersamaan dan keutuhan NKRI.Jadi, mahasiswa harus mempunyai pemikiran besar seperti Gus Dur. Pemikiran besar itu positif, inovatif, kreatif, dan produktif,” sambung Pemuka Buddha itu.

Lain lagi penuturan Fam Kiun Fat. Ia menceritakan masa mudanya saat pembuatan KTP tidak boleh mencantumkan Kong Hu Chu sebagai agamanya. Namun semenjak Gus Dur mengeluarkan Keppres Nomor 6 tahun 2000 yang mencabut Intruksi Presiden Nomor 14 tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina. Umat Kong Hu Chu dan Tionghoa kembali mendapatkan hak sipil mereka.Makan di mata umat agamanya, Gus Dur adalah pahlawan.

“Marilah kita pemuda bersatu untuk membuat satu kekuatan. Dalam ajaran Kong Hu Chu, semua umat bersaudara. Karena kita sama-sama berdarah merah bertulang putih, itulah merah putih,” ajak kepada para mahasiswa lintas agama yang hadir pada acara itu.

Agus Sugiarto pemuka Katolikmempunyai pandangan lain. Baginya, Gus Dur itu orang kudus, artinya orang suci. Dalam tradisi gereja Katolik, setiap orang kudus itu selalu diperingati saat orang itu wafat. “Gus Dur mempunyai empati yang luar biasa. Ketika ada kaum minoritas yang tertindas, jiwa Gus Dur itu tergerak batinnya untuk membela,” lanjut Agus.

Yang terpenting bagi Gus Dur adalah bagaiamana negara indonesia bisa berkembang dan sejahtera, keadilan dirasakan di seluruh tanah air. “Kita sebagai generasi muda, mudah-mudah jiwa dan spirit Gus Dur itu mari kita lanjutkan dan kembangkan dan sebarkab kepada setiap orang yang kita jumpai, karena yang diperjuangkan adalah kebenaran dan keadilan,” pintanya. 

Oleh karena sering berjumpa dengan kiai NU, ia menjadi sangat hafal bahwa kalangan kiai NU jelas-jelas mempertahankan empat pilar yang disingkat menjadi PBNU, jelas Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, UUD 1945. “Luar biasa,” sanjungnya disambut tepuk tangan meriah oleh hadirin.

Adapun pemuka Hindu yang kali ini diwakili oleh I Nengah Kondra menerangkan Gus Dur menurut pandangan Hindu adalah sosok yang memilik sosok jiwa semesta. Dalam konsep hindu itu adalah pengakuan secara universal bahwa setiap manusia adalah sama, bersaudara. Saudara itu satu ruh, kalau kita Indonesia berarti satu negara Indonesia. 

Sosok Gus Dur dalam Hindu adalah sosok yang mengamalkan 3 hal yang menyebabkan manusia berbahagia. Pertama, manusia itu selaras dengan Tuhan, beribadah dengan kepercayaan masing-masing. Itu dipelihara oleh Gus Dur. 

Kedua, keharmonisan sesama manusia. Itu juga merupakan sesuatu yang sangat ditekankan pada saat pemerintahan Gus Dur, sehingga kesempatan saling bertolentasi bertumbuh sampai sekarang. Ketiga, keselarasan manusia dengan alam. Tiga konsep ini yang sangat ditekankan pada masa pemerintah Gus Dur. 

“Saya sangat mengagumi dan meneladani Gus Dur, tetapi sayang sekali disetiap kegiatan keagamaan, saya belum belum sampai bersalaman dengan beliau. Tetapi saya menanamkan dalam hati bagaimana konsep pemikiran kebhinekaan Gus Dur dapat saya teladankan kepada yang lainnya,” kagumnya.

Sedangkan menurut Wahyul Afif Al-Ghafiqi seorang pengasuh pesantren di Bandung menuturkan bahwa Kiai Abdurrahman Wahid adalah salah satu karunia Allah bagi Indonesia. Santri yang pernah menjadi presiden. Dan kapan lagi Indonesia mempunyai santri menjadi presiden.

“Kita sering dengar bahwa istana negara itu jadi istananya rakyat memang benar di masa Gus Dur, santri tidak pakai sepatu, memakai sendal jempit hendak ketemu Gus Dur, tanpa protokoler, termasuk saya. Jadi kalau sekarang situasi bangsa sedang seperti ini, kangennya luar biasa,” tuturnya.

Mantan aktivis PMII Bandung itu meyakini bahwa Gus Dur itu mengamalkan ajaran Rasululllah bahwa membela siapapun yang tertindas, siapapun yang teraniaya, tidak perduli dari kalangan apapun. Bahkan kita sendiri yang mengikuti bingung mencari pembenaran dari apa yang dilakukan oleh Gus Dur.

“Gus Dur itu asli kiainya, mondoknya di mana-mana, gelar pengakuannya juga banyak. Mana ada kiai jadi Dewan Kesenian Jakarta, sampai jadi pengamat sepak bola,”paparnya dari pengalamannya berjumpa Gus Dur. (M. Zidni Nafi’/Fathoni)