Internasional

Banyak Pusat Medis di Gaza Tidak Berfungsi, Menlu Retno: Situasi Palestina Makin Memburuk

Rab, 5 Juni 2024 | 18:00 WIB

Banyak Pusat Medis di Gaza Tidak Berfungsi, Menlu Retno: Situasi Palestina Makin Memburuk

Rumah Sakit Indonesia di pinggir kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara usai diserang pasukan Israel pada 24 November 2023. (Foto: AFP)

Jakarta, NU Online

Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi mengungkapkan hanya beberapa rumah sakit di Gaza, Palestina yang masih beroperasi dengan pelayanan sangat minim. Rumah Sakit Indonesia di Gaza, yang sempat menjadi target serangan Israel, kini tidak beroperasi maksimal sejak November 2023.


"Hanya beberapa rumah sakit yang masih memberikan pelayanan kesehatan itu pun sangat minim dan Rumah sakit Indonesia di Gaza sudah tidak berfungsi secara maksimal sejak November tahun lalu," kata Retno dalam Public Lecturer: Diplomasi Indonesia untuk Palestina di UGM Yogyakarta, dikutip Rabu (5/6/2024).


"Situasinya sangat memprihatinkan. Tidak ada satupun kalimat yang dapat menjelaskan bahwa kondisi bangsa Palestina mengalami perbaikan. Situasi makin memburuk," imbuh Retno.


Sementara layanan medis porak-poranda, Israel justru mengintensifkan serangan di Gaza, termasuk Rafah. Rafah adalah sebuah kawasan di selatan Jalur Gaza yang sebelumnya dinyatakan sebagai zona aman bagi warga Palestina.


Retno menyebut, serangan Israel di Rafah, yang diklaim sebagai upaya memburu tokoh-tokoh Hamas, semakin memperparah situasi.


Direktur Regional World Health Organization (WHO) untuk Mediterania Timur, Hanan Balkhy, menyebut adanya pemblokiran akses mendapatkan peralatan medis. "Kita berbicara tentang ventilator, bahan kimia pemurnian hingga air bersih," kata Balkhy, dikutip dari kantor berita Palestina WAFA.


Padahal, lanjut dia, sebanyak 11.000 pasien sakit kritis dan terluka memerlukan evakuasi medis segera. "Pasien yang keluar menunjukkan beberapa trauma yang sangat kompleks: patah tulang, organisme yang resistan terhadap berbagai obat, anak-anak yang sangat cacat," ujarnya.


Balkhy juga menyoroti dampak buruk jangka panjang terhadap kesehatan anak-anak akibat konflik ini.

 

Perang telah merusak upaya-upaya kesehatan dasar masyarakat, seperti akses air bersih, makanan sehat, dan imunisasi rutin, membuat anak-anak rentan terhadap berbagai penyakit seperti campak, cacar air, diare, dan penyakit pernafasan.


"Ini akan berdampak besar pada kesehatan mental. Ini akan menyebabkan sindrom stres pasca-trauma yang parah," ujarnya.


Lebih lanjut, Balkhy menyebut bahwa sebagian warga Gaza kini hanya bisa minum air limbah dan makan pakan ternak. "Anak-anak hampir tidak bisa makan, sementara truk berada di luar Rafah," tambahnya.


Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah lama memperingatkan potensi kelaparan di Gaza, dengan sekitar setengah dari populasi atau 1,1 juta orang menghadapi tingkat kerawanan pangan yang sangat parah.


Badan Kemanusiaan PBB United Nations Office for The Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) menyatakan bahwa kendala akses terus menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan yang aman untuk menyelamatkan banyak nyawa di seluruh Gaza.


"UNICEF memperingatkan bahwa jika pasokan nutrisi tidak dapat didistribusikan, pengobatan terhadap lebih dari 3.000 anak menderita kekurangan gizi akut akan terhenti," tulis OCHA dalam keterangan resminya.