Entah kapan kenal atau ketemu langsung dengan Haji Mahbub Djunaidi. Mungkin pertengahan tahun 1965, ketika suhu politik nasional meningkat panas. PKI sudah āunjuk gigiā di segala bidang. Termasuk kebudayaan.Ā
<>
Saya, aktivis IPNU dan GP Ansor Kab. Garut, Jawa Barat, masih usia 17-an, sudah menulis beberapa sajak dan cerpen, baik dalam bahasa Sunda, maupun bahasa Indonesia. Anehnya, walaupun tulisan-tulisan saya dikirim ke surat kabar milik NU, antara lain Harian Karya, Bandung, tak pernah dimuat. Lebih sering dimuat dalam koran milik Partai Nasional Indonesia (PNI), yang terbit di Bandung, seperti āHarian Bantengā atau koran Partai Komunis Indonesia (PKI) āWarta Bandungā. Padahal tulisan-tulisan saya itu hampir selalu dilampiri rekomendasi pengurus NU Cab. Garut.
Suatu hari, ada kunjungan pengurus DPP Lesbumi, antara lain, Jamaludin Malik. Ā Konon meresmikan pembentukan Lesbumi Cab. Garut. Sebagai Nahdliyin dan merasa seniman, saya hadir. Mencoba berkomunikasi dengan āsenimanā Lesbumi pusat. Namun mereka nampak lebih politikus daripada seniman yang mampu menampung keluhan seniman Nahdliyin muda. Saya kecewa.
Berbeda dengan sikap seniman-budayawan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) yang PKI. Seniman-budayawan Lekra kaliber nasional, seperti Hr.Bandaharo, Hesri Setiawan, Jubaar Ayub, dan lain-lain, begitu hangat menyebut saya ākawanā. Kehangatan itu terjadi ketika saya ikut sebuah acara Lekra di Garut yang berskala nasional. Walaupun saya disoraki kawan seniman Garut, yang tahu saya āorang hijauā, saya acuh tak acuh saja. Saya anggap mereka ārecehanā. Sedangkan tokoh-tokoh Lekra pusat menganggap saya kawan.
Nah, suatu saat ada acara ājurnalistik Islamā, entah diselenggarakan HMI, entah PMII. Saya hadir, karena salah seorang pembicaranya H. Mah bub Djunaidi. Alhamdulillah, saya punya kesempatan luas untuk berkenalan dan berbincang.Termasuk mengadu soal sikap Lesbumi terhadap saya yang ādinginā. Jauh berbeda dengan Lekra PKI yang hangat.
Jawab Bang Mahbub, kala itu Pemred Harian āDuta Masyarakatā, enteng saja :āItulah bedanya kita dengan Lekra. Kita kan Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Sedangkan mereka Ahli Lenin wal Stalin.āĀ
Perkembangan selanjutnya, saya sering mengikuti tulisan-tulisan Bang Mahbub, baik di koran dan majalah, maupun Ā buku. Saya tertarik oleh sebuah cerpennya yang dimuat dan dikritik dalam buku āAnalisaā karya HB Jassin (1965). Kemudian tertarik oleh kolom-kolomnya yang padat, serius namun segar.Ā
Sebuah buku karya Mahbub Djunaidi yang memacu semangat saya untuk menjadi wartawan āperangā adalah buku āPerjuangan Kaum Moroā (A Maāarif, 1970). Buku tipis, namun sangat informatif dan obyektif tentang āpemberontakanā umat Islam di Filipina Selatan. Buku itu merupakan reportase langsung Bang Mahbub dari lapangan.
Alhamdulillah, 20 tahun setelah buku itu terbit,cita-cita saya menjadi wartawan āperangā terkabul. Sebagai wartawan Harian Pikiran Rakyat Bandung (1980-2004), saya sering dikirim ke daerah-daerah bergolak, baik di dalam negeri (Aceh, Timor Timur, Maluku), maupun luar negeri (Irak, Palestina, Bosnia Herzegovina, dll).
Muasalnya, mungkin doāa Bang Mahbub juga. Tahun 1980, saya secara tak sengaja berjumpa di Penerbit PT Al Maāarif, Bandung. Beliau masih ingat pertemuan tahun 1965.Ketika saya ulang kembali istilah āAhlus Sunah wal Jamaahā versus āAhlul Lenin wal Stalinā, beliau tertawa ngakak. Lalu memberi saya satu eksemplar tafsir Quran bahasa Sunda āAl Kitabul Mubinā karya KH M.Romli.
Sayang buku soal Moro sudah habis. Namun saya sempat menyatakan, ingin mengikuti jejak Bang Mahbub sebagai wartawan yang berani terjun ke daerah bergolak.
āInsya Allah, asal berani saja. Tentu dapat izin istri dan anak serta mendapat bekal yang cukup. Usahakan ada asuransi untuk keluarga kalau-kalau kita tertembak mati di sana,ā jawab beliau.Ā
Alhamdulillah makbul juga.
Buku-buku kumpulan kolomnya, antara lain āKolom demi Kolomā (1990), novel āAngin Musimā dan lain-lain, tak pernah saya lewatkan. Juga Karya-karya terjemahannya saya ikuti semua. Terutama āKakilangit Gurun Sinaiā terjemahan dari karya Hasanen Haikal, mengenai āPerang Ramadanā Oktober 1973 (1982). Juga terjemahan karya George Orwel ā1984ā dan āBinatangā (1982).Ā
Termasuk buku terjemahan buku Ā āMengelilingi Dunia dalam 80 Hariākarya Jules Verne (1985), yang sudah saya baca waktu kelas 5 Sekolah Rakyat (sekarang SD) th.1959.Ā
Tapi terjemahan paling ngetop dari Bang Mahbub, adalah buku āSeratus Tokohā karya Michael Hart (1982). Berkali-kali cetakulang, dan berkali-kali dibajak. Buku tersebut laris, karena selain terjemahannya enak dibaca, juga berisi penilaian Hart terhadap Nabi Muhammad Saw. Hart menempat Nabi kita yang mulia itu dalam urutan pertama di antara 100 tokoh yang paling berpengaruh dalam mengubah dunia.Ā
Masih banyak Ā lagi yang ingin diungkapkan soal Bang Mahbub Djunaidi, yang wafat di Bandung, 1995, dan hampir tiap bulan berkonsultasi dengan Bang Mahbub yang sudah mulai sakit-sakitan tapi tetap semangat jika diajak bicara soal jurnalistik Ā dan sastra. Selain banyak yang masih harus diingat-ingat, kiranya sudah menjelang dzuhur untuk segera ikut berjamaah di Masjidil Haram, Mekah. Setelah itu, kukirimi beliau surah Al-Fatihah***
Mekah, 1/10/2013
Penulis: H.Usep Romli HM, lahir tahun 1949 di Limbangan, Garut. Nyantri sejak 1960 hingga 1967 di beberapa pesantren di Kab.Garut. Aktip di IPNU dan GP Ansor Garut. Merintis dunia sastra dan jurnalistik sejak th.1963 . Menulis karya dalam bahasa Sunda dan Indonesia. Th.1982 meraih hadiah āPenulisanBuku Terbaik Guru SDā dari Depdikbud, yang kemudian diterbitkan oleh Balai Pustaka āPahlawan Tak Dikenalā (1983) dan mengalami cetakulang belasan kali untuk proyek buku Inpres dan DAK. Th.2010 meraih Hadiah Ā āRancageā untuk karya sastra kumpulan cerpenāSanggeus Umur Tunggang Gunungā (2009). Th.2011, kembali meraih Hadiah āRancageā untuk jasa terhadap bahasa dan sastra Sunda. Hadiah āRancageā diberikan setiap tahun oleh Yayasan Rancage, pimpinan Ajip Rosidi, untuk karya dan jasa bahasa dan sastara Sunda, Jawa, Bali dan Lampung. Kini menjadi pembimbing ibadah haji/umroh BPHU Plus Megacitra/KBIH Mega Arafah Kota Bandung. Kontak person di Mekah No. +966562971925.***
Terpopuler
1
PCNU Buleleng Akan Pamerkan Foto dan Dokumen Sejarah NUĀ
2
Ngaji Kurikulum, Kemenag Harap Ada Solusi Inovatif terkait Pendidikan
3
Hukum Menanyakan Hari Baik pada Peramal atau Dukun
4
PBNU Buka Pendaftaran Beasiswa S1 ke Al-Azhar Mesir, Ini Ketentuan dan Cara Daftarnya
5
Ini Sambutan Nahdliyin Aceh kepada Tiga Pengurus PBNU
6
Ini Daftar Lembaga Negara yang Terkena Dampak dari Serangan Ransomware
Terkini
Lihat Semua