Daerah

Lebaran Idul Fitri di Pelosok Jambi, Tak Lupa Ziarah Kubur

Kam, 6 Juni 2019 | 12:00 WIB

Lebaran Idul Fitri di Pelosok Jambi, Tak Lupa Ziarah Kubur

Ziarah kubur sai Shalat Id

Bungo, NU Online
Matahari mulai malu-malu menampakkan cahayanya, di saat bersamaan ratusan masyarakat Dusun Karak Apung, Kecamatan Batin Tiga Ulu, Kabupaten Bungo, Jambi berbondong-bondong menuju titik kumpul untuk shalat Idul Fitri di Masjid Assa'adah.

Perempuan-perempuan cantik dengan warna serba putih membalut tubuh tampak saling berpeluk-pelukan penuh senyum ketika bertemu temannya di sepanjang jalan. Suasana kekeluargaan dan bahagia juga terpancar dari jamaah pria dengan pakaian rapi duduk berjejer melantunkan takbir bersama.

Momen Idul Fitri merupakan hal sakral di dusun yang pimpinan tertinggi dalam pemerintahannya bernama Datuk Rio ini. Tidak seperti umumnya desa lain yang menggunakan istilah kepala desa atau lurah. Di sini nama desa pun diganti dengan nama dusun, lalu bagian terkecil di bawah dusun diberi nama kampung.

Beberapa saat sebelum berkumpul di masjid, warga setempat lebih dahulu melakukan mandi sunah Idul Fitri di Sungai Batang Bungo. Sungai yang jernih, berbatu dan deras. Sederas semangat warganya merayakan kemenangan di hari nan fitri ini.

Dalam obrolan menuju tangga masjid, beberapa warga berbicara dengan bahasa berbeda dari warga asli dan cerita pengalaman di rantau. Hari raya waktu yang tepat bagi perantau meluapkan kerinduan kepada sanak keluarga, tuan guru dan rekan sejawat. Mereka berusaha dengan sekuat tenaga untuk mudik, meskipun kadang secara ekonomi lagi mengalami  masalah kronis.

"Saya merantau ke Jawa Timur, sudah bertahun-tahun tidak mudik. Tahun ini saya paksakan mudik. Teman dari Malaysia, Batam, Kuala Tungkal, Jambi saja mudik," kata Abdurrahman (26), salah satu warga setempat.

Bagi warga setempat, keluarga layaknya intan permata bahkan bisa lebih. Sehingga bersua dan bercanda gurau bersama sanak famili sangat berarti bagi mereka. Rindu meluap, mengalir terus menerus hingga tak terasa puluhan mata tampak basah kuyup.

Seusai Shalat Idul Fitri, tradisi masyarakat Dusun Karak tidak langsung kembali ke rumah. Mereka berbaris membentuk lingkaran untuk saling salaman lagi, melepas rindu kembali. Usai semua bersalaman, seorang tuan guru langsung memimpin tahlil dan doa bersama untuk keluarga yang sudah wafat. Pemandangan yang sangat indah, ikatan keluarga begitu kuat.

Turun dari tangga masjid, secara otomatis warga kembali berkumpul membentuk kelompok kecil. Kali ini, tradisi yang dilampahi yaitu ziarah kubur nenek-mamak, handai taulan serta keluarga terdekat. Uniknya, semua ikut berziarah, tua-muda, pria-wanita bahkan anak kecil pun berlari dengan senang menjalankan ritual tahunan ini.

Perempuan cantik dan emak-emak (panggilan untuk Ibu-ibu) dengan cekatan membawa alas sebagai tempat duduk saat ziarah kubur. Ada juga yang membawa air dan bunga untuk menaburkan di atas kubur. Setelah sebelumnya beberapa pria terlihat sibuk membersihkan rumput-rumput yang mengaburkan batu nisan.

"Ziarah ini tradisi dari lama, ungkapan kerinduan di hari bahagia kepada nanton (kakek), nihnu (nenek) dan keluarga," tambah pria yang mempunyai gelar adat Kulup ini. (Syarif Abdurrahman/Muiz)