Daerah KONFERWIL NU JATIM 2018

Konferwil Kembali Bahas Kerukunan Antarumat Beragama

Jum, 27 Juli 2018 | 12:15 WIB

Surabaya, NU Online
Hal yang tidak dapat dihindarkan bagi bangsa Indonesia adalah kenyataan beragamnya budaya, adat istiadat, suku, ras, hingga agama. Namun demikian, bagaimana perwujudan dalam keseharian dan kebangsaan serta keagamaan terkait hal ini masih menjadi perbincangan khalayak.

"Akhir-akhir ini demi mendapatkan kepentingan tertentu, muncul adanya penilaian bahwa sikap toleran dan menjunjung tinggi nilai-nilai kerukunan antarumat beragama adalah bagian dari liberalisme dan pluralisme yakni meyakini semua agama benar," kata Ustadz Ahmad Muntaha AM, Jumat (27/7).

Juru bicara bahtsul masail komisi maudhuiyah ini juga tidak menampik bahwa ada beberapa pihak yang memiliki sensitivitas keagamaan tinggi, dinilai intoleran dan anti kebinekaan. "Ini adalah permasalahan yang sangat penting untuk dikaji dan dirumuskan," kata Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Lembaga Bahtsul Masail NU Jatim tersebut.

Alumnus Pesantren Lirboyo Kediri ini juga menengarai sebagian kalangan masih gamang hidup di tengah keanekaragaman budaya yang merupakan aset dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Dalam perjalanan sejarah bangsa, ada empat pilar pokok yang sudah disepakati bersama oleh para pendiri negara ini sebagai nilai perekat bangsa, yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan UUD 1945, atau yang disingkat PBNU," ungkap Ustadz Muntaha.

Keempat nilai tersebut merupakan kristalisasi nilai-nilai yang digali dari budaya asli bangsa Indonesia. "Kerukunan dan keharmonisan hidup seluruh masyarakat akan senantiasa terpelihara dan terjamin selama nilai-nilai tersebut dipegang teguh secara konsekuen oleh masing-masing warga negara," ungkapnya.

Namun demikian akhir-akhir ini demi mendapatkan kepentingan tertentu muncul adanya penilaian bahwa sikap toleran dan menjunjung tinggi nilai kerukunan antarumat beragama adalah bagian dari liberalisme dan pluralisme. "Yakni meyakini semua agama benar," sergahnya.

Bahtsul masail di komisi ini untuk mempertajam bagaimana implementasi secara rinci mengenai kerukunan bagi umat Islam terhadap pemeluk agama lain. Tidak melampaui batas akidah sehingga terjerumus dalam kekufuran.

"Seperti rela terhadap kekufuran, ikut meramaikan hari raya agama lain dengan tujuan ikut mensyiarkan kekufuran dan semisalnya kecuali dalam kondisi darurat," tandasnya.

Sejumlah pandangan krusial seperti itulah yang antara lain mewarnai bahtsul masail di komisi maudhuiyah saat Konferwil NU Jatim.

Nantinya yang bertindak sebagai ketua komisi adalah KH Azizi Hasbullah dan moderator oleh Ustadz Ahmad Muntaha AM. Notulen meliputi KM Ma'ruf Khozin dan KH Mohammad Mughits Miftah. Tim perumus adalah KH Ahmad Sampthon Masduqi, KM H Fauzi Hamzah, KH Faris Khoirul Anam, KH Zainul Alam serta Kiai Nashiri. (Ade Nurwahyudi/Ibnu Nawawi)