![Ansor Pamekasan: Tanamkan Paham Aswaja Sejak Dini](https://storage.nu.or.id/storage/post/16_9/mid/1579086509.jpg)
Sekretaris PC GP Ansor Kabupaten Pamekasan, Miftahul Munir saat menjadi pemateri di Makesta PK IPNU MA Miftahul Ulum Bettet, Pamekasan, Rabu (15/1). (Foto: NU Online/Sulaiman)
Sulaiman
Kontributor
Pamekasan, NU Online
Menjamurnya paham radikal yang saat ini sudah begitu massif menyusup di tengah-tengah masyarakat, harus diantispasi sedemikian rupa. Salah satunya adalah dengan menanamkan ajaran Ahlussunnah wal jama'ah (Aswaja) sejak dini.
Demikian diungkapkan Sekretaris Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Pamekasan, Miftahul Munir saat ditemui NU Online usai memberikan materi keorganisasian di kegiatan Masa Kesetiaan Anggota (Makesta) Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Madrasah Aliyah Miftahul Ulum, Bettet, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Rabu (15/1).
"Sudah seharusnya menanamkan paham Aswaja sejak dini kepada siswa atau kaum santri. Saatnya memberikan pengetahuan lebih tentang Nahdlatul Ulama, guna menyelamatkan mereka dari pengaruh radikalisme," ucap Miftahul Munir.
Menurutnya, penting sekali keterlibatan santri dalam organisasi IPNU, karena dari organisasi ini, mereka akan mengetahui perjuangan NU, termasuk dalam kontribusinya pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Melalui IPNU, santri akan tahu seperti apa NU dan bagaimana bentuk dan arah perjuangan NU. Mereka harus tahu keterlibatan para ulama NU dalam kemerdekaan Indonesia," tegas mantan mahasiswa pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya tersebut.
Apalagi di era yang serba teknologi seperti sekarang, hantaman terhadap Nahdlatul Ulama sangat besar. Melalui media sosial ada kelompok yang berusaha membangun stigma bahwa NU adalah organisasi kemasyarakatan (ormas) yang tidak baik dan tak patut untuk diikuti.
"Harus kita sadari di era industri 4.0 ini, hantaman terhadap Nahdlatul Ulama sekarang ini luar biasa. Ada upaya-upaya dari kelompok yang tidak sejalan, memberikan stigma bahwa NU itu tidak baik, dan mereka juga memberikan pemahaman bahwa tidak penting mengikuti ulama-ulama NU," tambahnya.
Namun, menurut mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Pamekasan itu, pengurus IPNU dituntut untuk lebih kreatif lagi dalam mengenalkan kultur NU, sehingga santri dan masyarakat memiliki ketertarikan mengenal NU lebih mendalam.
"Pendekatan kita harus menarik. Agar mereka betah berproses di Nahdlatul Ulama dan tertarik mengenal kultur organisasi yang didirikan oleh Mbah Hasyim Asy'ari ini," pungkasnya.
Pewarta: Sulaiman
Editor: Aryudi AR
Terpopuler
1
Fenomena Cek Khodam di Medsos, Begini Kata Psikolog
2
Tafsir Surat Az-Zukhruf Ayat 36: Bahaya Qarin yang Menemani Manusia
3
Pakar Qira’ah Sab’ah: Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahid Hasyim adalah Ulama Ahli Qur'an
4
Tiba di Aceh, Ketum PBNU Gus Yahya dan Rombongan Di-Peusijuek
5
Ciri Haji Mabrur Menurut Hadits Rasulullah
6
Kebocoran Pusat Data Nasional Imbas Pemberantasan Judi Online?
Terkini
Lihat Semua